Keliling Dunia di Museum Angkut Malang

Suasana Batavia
Museum Angkut yang baru saja dibuka di kota wisata Batu (30 menit dari kota Malang) ini seketika menjadi hot destination. Nggak heran sih, koleksinya menarik dan penataannya apik. Museum ini juga didesain agar pengunjung bisa berinteraksi (baca: foto-foto) maksimal. Kabarnya, museum ini selalu ramai, tidak hanya di akhir pekan saja. Alhamdulillah, sekarang orang Indonesia cinta museum :)

Lokasi Museum Angkut ini mudah dicari, di pojokan jalan Sultan Agung. Kalau datang dari arah Malang, belok kiri di Jl Imam Bonjol Bawah (sebelah kanan ada Matahari- Lippo Plaza). Lokasi museum di belakang Jatim Park 1. Harga tiketnya hari kerja 50 ribu dan akhir pekan 75 ribu. Kalau ingin tiket terusan ke museum topeng bayar tambahan 10 ribu. Anak-anak yang tingginya di atas 85 cm sudah harus bayar penuh. Little A seneng banget sudah harus beli tiket sendiri. Emaknya yang nggak happy, pengennya gratisan atau diskon :D Kamera juga harus bayar tiket tambahan sebesar 30 ribu. Tapi kalau 'cuma' kamera hape atau tablet nggak bayar kok.

Little A senang sudah nggak little lagi, bayar penuh!

Lokasi Museum Angkut, Jl Terusan Sultan Agung Atas No.2 (klik untuk memperbesar)
Museum buka mulai jam 12 siang. Kami sekeluarga besar mruput datang pas museum buka dengan harapan suasana masih sepi. Eh ternyata sampai di sana tempat parkir sudah penuh semua. Akhirnya kami dapat tempat parkir 'VIP' di dekat pintu masuk. Pengunjung banyak sekali tapi bisa antre dengan tertib untuk beli tiket dan masuk ke museum. Saya sudah agak ilfil dengan banyaknya orang, tapi ternyata setelah sampai di dalam kami masih punya ruang untuk menikmati koleksi yang dipajang, tidak berdesak-desakan karena bangunannya besar banget.

Di lantai satu ada koleksi campur-campur mulai dari kereta kuda sampai mobil balap. Ada mobil dan helikopter yang dulu pernah dipakai presiden RI pertama: Ir Soekarno. Ada koleksi sepeda dari perusahaan pembuat mobil ternama. Juga ada koleksi berbagai macam sepeda motor dari seluruh dunia. Dari koleksi-koleksi ini sebagian hanya boleh dipandang, tapi sebagian lain boleh dinaiki. Mobil balap merah ini termasuk yang laris difoto bersama anak-anak. Kalau orang dewasa, mungkin lebih senang berfoto bersama mobil balap F1 dan Michael Schumacher KW. Ada kok, tapi harus antre.

Di lantai dua ada koleksi moda angkut yang lebih tradisional: becak dan bendi dari berbagai daerah, dengan nama dan ornamen yang bervariasi: andong, cidomo, dokar. Moda transportasi lain yang dipamerkan adalah kapal laut, mulai dari kapal yang sangat sederhana dari balok kayu utuh sampai replika kapal yang rumit. Saya dan Big A asyik membandingkan replika kapal Majapahit dan kapal junk dari Hong Kong. Ada juga sih replika kapal Titanic, tapi sudah puas lihat di filmnya, nggak seru lagi :p  

Di lantai dua ini ada berbagai display interaktif yang menarik seperti permainan tebak suara (suara pesawat jenis tertentu dan jenis klakson kereta api), film kartun pendek yang informatif tentang kereta dan nukilan film pendek sejarah kapal terbang, serta display game lainnya. Little A terpaku melihat display cara kerja mesin kereta api dan mesin mobil. Big A sampai hafal fakta-fakta tentang perkeretaapian (di mana kereta api terpanjang, kereta api terberat, stasiun tersibuk dll). Sementara itu Si Ayah tidak bisa membedakan suara pesawat dan gergaji listrik! *tepok jidat* 



Lantai dua cukup menarik dengan display interaktifnya, tapi terlalu bising buat saya. Untungnya, keluar dari lantai dua ini kami diajak ke arena luar ruang: Batavia. Suasana hiruk pikuk Batavia tempo dulu dihidupkan kembali lewat bangunan toko-toko pecinan dan kendaraan yang parkir di jalan-jalan: sepeda, gerobak, becak, bajaj, oplet dan dokar. Di sebelah Stasiun Jakarta Kota ada set pelabuhan dengan berbagai macam mode angkut. Di pojok pelabuhan ada warung zaman dulu yang baru buka besok :D Hujan rintik-rintik tidak menghalangi para pengunjung untuk berfoto dengan pose aneh-aneh. Termasuk saya tentu saja. Tapi dari sekian pose foto yang saya coba, yang paling 'wangun' kok cuma pose saya naik sepeda bawa segunung krat dan pose dengan motor honda tahun 70-an ya? *why*

Kami keluarga precils berempat berkunjung ke museum angkut ini dengan Ibu, Bapak, adik saya Dila, suami siaganya serta Baby K. Bapak saya paling cocok berpose di depan rumah-rumah Tionghoa. Sementara keluarga Dila keren banget posenya di samping bis Lambaiyan Bunga. Wajahnya Melayu banget, hehe.





Dinamika dan alur pengunjung museum ini enak diikuti. Setelah ada arena luar ruang, kami diajak ke dalam ruangan lagi menikmati koleksi mobil-mobil Australia dan sepeda motor Jepang. Setelah itu ada ruang terbuka lagi. Kali ini dengan tema Broadway. Kalau saja tidak hujan, jalanan Broadway ini asyik untuk foto-foto. Setting bangunannya: kantor polisi, kantor pemadam kebakaran, apartemen, salon, bank dan teater cukup meyakinkan, seperti set film. Ditambah mobil-mobil kuno Amerika yang 'parkir' di pinggil jalan, hasil foto bisa seperti di Amrik sungguhan. Padahal KW, hehe.

Dari jalanan Amerika, kami langsung melompat masuk ke Eropa. Disambut dengan vespa-vespa Italia yang diparkir di pinggir pantai. Lantai ruangan ini dari batu-batuan sehingga suasananya mirip dengan lorong-lorong sempit di kota-kota di Eropa. Dari Italia kami menuju... Perancis! Kota Paris dibuat miniaturnya lengkap kafe-kafe cantik dengan menara Eiffel KW2. Big A dengan dramatis bilang, "O la laa, de ja vuuu..." Dia tidak bisa menahan tawa melihat orang-orang sibuk berfoto dengan menara Eiffel KW. Ya biar lah Kak, siapa tahu jadi bisa ke Paris beneran. Sementara Little A asyik-asyik aja diajak pose-pose sama Tantenya.

Dari Perancis, satu lompatan membawa kami ke Jerman. Suasana desa di Jerman ini asyik banget, dengan rumah tradisional dan mobil-mobil VW. Pohon berdaun cokelat seperti di musim gugur semakin menambah romantis suasana. Cocok lah buat pemotretan pre-wed :p Tak lupa kami berfoto di depan tembok Berlin KW3. Btw, orang-orang Jerman memang segedhe itu ya dibanding orang Asia? :D






Jerman adalah negara kesayangan Big A, karena tugas akhirnya di kelas 6 adalah membuat pameran dan presentasi tentang Jerman. Big A merasa tahu banget tentang Jerman dan cinta segala sesuatu buatan Jerman. Jadi dia betah banget di Jerman buatan ini. Sementara itu... tepat di seberang Jerman adalah: Inggris! Sekarang giliran Tante Dila yang histeris. Dia senang sekali segala sesuatu yang berbau Inggris dan bercita-cita pengen ke sana.


Simbol-simbol London disajikan lengkap: kotak telepon umum warna merah, simbol kereta bawah tanah, penjaga istana, The Beatles dan Mr Bean. Keluar dari London-londonan ini kami bisa melihat Istana Buckingham (nggak tahu ini KW berapa). Tampak depannya cukup mirip, tamannya pun meyakinkan. Cuma kalau mau foto di depan sini, jangan sampai tulisan 'Istana Buckingham' ikut muncul. Kenapa? Karena 'Istana' itu bahasa Indonesia, bahasa Inggrisnya 'Palace' :))

Kejutannya, ternyata istana Buckingham ini tidak cuma depannya doang, ada dalamnya beneran. Langit-langitnya dihiasi lampu gantung mewah. Di pojokan juga ada tahta sang ratu, lengkap dengan Ratu Elizabeth KW. Di tengah istana, anak-anak bisa bermain dengan double decker bus, bis tingkat warna merah yang menjadi simbol khas London. Atau, seperti kami, naik kereta mini keliling istana. Gratis! Little A langsung jatuh cinta dengan kereta mini ini dan bilang kalau Istana Buckingham adalah tempat favoritnya di museum angkut.



Meskipun tiket masuknya cukup mahal (dibanding museum-museum yang lain), kami cukup puas dengan museum ini karena fasilitasnya cukup bagus. Museum ini aksesibel, ada lift dan ramp bagi yang berkursi roda atau membawa stroller. Toilet disediakan di setiap area dan kondisinya bersih. Tempat duduk juga selalu ada di setiap area. Bapak saya pernah terserang stroke ringan sehingga tidak kuat jalan jauh. Tapi di museum ini, beliau bisa beristirahat (duduk) di setiap area sementara kami masih sibuk beredar. Alhamdulillah Bapak kuat 'keliling dunia' sampai akhir. Selain kursi tempat duduk, di beberapa area juga ada warung atau kafe makanan kecil untuk pengganjal perut. Kami sempat duduk-duduk di area Broadway sambil nyemil kentang goreng, hot dog, dan minum kopi dan milo hangat. Sebenarnya sambil menunggu hujan reda tapi kok ya nggak berhenti-berhenti. Di wahana terakhir (Hollywood) ada restoran cepat saji CFC. Sebenarnya ada warung apung yang juga menjual makanan tradisional yang tentunya lebih enak dari ayam goreng cepat saji, tapi sayang sekali kalau hari hujan area outdoor tersebut tidak bisa dinikmati.

Yang masih perlu diperbaiki dan ditambah adalah fasilitas mushollanya. Tempat ibadah yang terletak di dekat tempat parkir bus ini kurang besar untuk menampung pengunjung sebegitu banyak. Tempat wudhu juga cuma sedikit. Saran saya membuat musholla baru lagi atau memperbesar fasilitas yang sudah ada ini.



Secara umum kami senang dan puas mengunjungi Museum Angkut. Petugasnya cukup ramah dan sigap membantu. Di dalam ruangan saya juga tidak menghirup asap rokok. Sayangnya ada satu dua pengunjung yang masih membuang sampah sembarangan di area outdoor, padahal tempat sampah sudah disediakan, kira-kira dua meter dari mereka berdiri. Duh, harus diapain ya orang-orang seperti ini?

Bravo untuk pengelola Museum Angkut. Museum ini wajib dikunjungi untuk yang berlibur ke kota wisata Batu dan Malang. Semoga keluarga-keluarga di Indonesia jadi semakin cinta museum :) 

~ The Emak

Comments

  1. Anonymous8.12.14

    Oiya, mungkin juga yang kurang jalan keluar pintas *kalau2 ada yg capek dan ga kuat jalan* sama peta denah museum. kalau ga bisa peta flayer, minimal ada peta meja kayak di setiap lantai di mal gitu :D

    ~@diladol

    ReplyDelete
    Replies
    1. @diladol
      Oh, iya, jalan pintas. Kayak di IKEA tuh, ada jalan pintas buat yg gak pengen ke showroom dari awal sampai akhir.
      Kalau Peta tadinya aku mikir gitu, kok nggak ada. Tapi karena alur museumnya bagus, jadi gak masalah. Malah berasa dapat kejutan setiap kali nemu area baru.

      Delete
    2. eh sebenarnya sih, kemarin aku sempat nemu beberapa jalan pintas, itu juga karena kebetulan kru mereka wara wiri lewat situ. Ahh aku juga setujuu, mereka seharusnya provide Location Map :)

      Biar seru kayak di museum-museum lain gituuu ;3

      Delete
    3. @meidiana
      Iya sih, kru-nya banyak dan helpful. Mungkin jalan pintas disembunyiin biar pengunjung mau muter ke semua zona :)

      Delete
  2. Lagi ngehitz banget tempat ini, kmrn ponakan ku abis kesini dan ngak mau balik hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ho oh, bisa seharian di sini Kak Cumi.

      Delete
  3. Terimakasih Emak Ade udah foto sama motor Honda hahaha...
    Tempatnya keren banget!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Must-visit! Aku kirim invoice langsung ke Honda atau bisa lewat kamu, Kak Tesya? Hahaha.

      Delete
  4. iihhhhhh kenpa sih ini tempat blm ada pas aku kliling jawa Dec 2013 kmrn -_-..

    Btw mba, baw kamera mesti bayar? didalamnya, emg adA petugas yg ngecekin kamera yg kita pake udh dibayar ato ga gitu? Penasran aja :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dikasih camera tag (kayak luggage tag utk tas/koper). Semua tas dicek di pintu masuk, gak boleh bawa makan/minum dari luar juga.

      Delete
  5. bener2 keliling dunia ya disini....
    hwaa jadi pengen juga kesana... narsisan di vespa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. yang suka narsis/selfie bakalan puas :D

      Delete
  6. Pertama mampir ke blog ini, saya terpana dengan jejak pengalaman berkelananya yang sudah kemana-mana :D, sebelumnya salam kenal ya mbak, salam pelangi :)

    Memang bicara soal museum, pengembang/pengelola harus kreatif jika ingin mengajak orang2 kembali cinta museum. Seperti di Museum Angkut ini. Sudah coba mampir ke Museum Tempo Doeloe di belakang Balaikota Malang mbak? Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga. Museum Tempo Doeloe yg jadi satu sama restoran bukan? Kalo yg resto pernah, yg museum doang belum pernah.

      Delete
  7. artikel yang menarik, di tunggu artikel-artikel menarik lainnya
    dari WisnuTransport http://cartermobilmalang.blogdetik.com/
    085100421672

    ReplyDelete
  8. Seru ya kak memang museum angkut itu? Paling suka dizona gangster town

    ReplyDelete
  9. Wah menarik banget tuh.. Malang deket kan sama Jogja? Bisa kali ya sama sopir Rental Mobil Jogja Semberani nya untuk sekalian kesana setelah diajakin muterin Jogja haha

    ReplyDelete
  10. baru kemarin pas hari minggu mampir disini, bagus banget unix dan yang paling seru malah bukan kami, tapi ortu yang lebih antusias, karena mereka dulu pernah dan sempet hidup di jaman nya ha ha

    ReplyDelete
  11. Hy mbak,,aq dr kalimantan n rencana mw ke sana senin depan dgn keluarga, menurut mbak anak usia 3 th baikx pke stroller g dsitu??anak sy kn usiax 3 th. Bapakx udh semangat bgt mw ngeliligin smuax secara dy pencinta otomotif. tp syx ragu sewa stroller/g, tkt rempong si kecil minta gendong hehehe

    ReplyDelete
  12. Satu kata untuk Museum Angkut ... Kereeennn. Kombinasi antara museum dan tempat rekreasi yang menyenangkan. Antara seni dan hiburan menjadi satu. Anda bisa belajar tentang sejarah alat alat transportasi yang digunakan oleh manusia dari jaman dahulu sampai sekarang. Dari Gerobak sampai Mercedez, dari pesawat capung hingga boeing, dari kebudayaan Asia sampai Eropa, Dari Bollywood hingga Hollywood semua komplit disini.

    Sekali lagi two thumbs up. Apapun citarasa seni anda, museum ini layak untuk masuk bucket list

    ReplyDelete

Post a Comment

Follow Our Instagram @travelingprecils

Popular Posts

Mengurus Visa Schengen Untuk Keluarga

5 Kafe & Bakery Halal di Area Bugis Singapura

Makan Hemat di Kantin Karyawan Changi Airport

Pengalaman Pahit 'Diusir' dari Potato Head Bali

Naik Bus dari Sydney ke Canberra