Pengalaman Pahit 'Diusir' dari Potato Head Bali

Little A, sebelum kejadian

Tuhan memang maha asyik. Saya diajak guyon waktu liburan sekeluarga ke Bali tempo hari. Sabtu pagi saya dibuat jumawa karena profil keluarga kami dimuat di koran Jawa Pos, bersanding dengan profil Mbak Nyomie yang sudah naik turun gunung membawa anaknya dan juga Mbak Sha Ine Febriyanti, aktris papan atas. Lha apalah saya ini, Emak-Emak ndeso yang ikutan nampang di koran. Jelas saya besar kepala. Sabtu siangnya kami disambut dengan sangat ramah di hotel Tugu di Canggu Bali. Di hotel mewah ini semua keinginan kami bisa dituruti. Mau afternoon tea di bale-bale? Boleh. Mau sarapan di pantai? Monggo. Di sini tamu bagaikan raja, kami sampai menyesal karena hanya menginap satu malam saja. Lha gimana lagi, menangin voucher hotel-nya cuma untuk satu malam :p. E lha kok Minggu sorenya kami 'diusir' dari beach club yang tersohor di daerah Seminyak ini. Ha-ha-ha.
Saya bukan penggemar beach club atau tempat yang ramai-ramai. Kami 'nyasar' ke Potato Head karena diajak adik saya Diladol. Dia sekeluarga memang liburan juga ke Bali, tapi jadwal kami berbeda. Saya menginap di Canggu sementara dia menginap di hotel murah di Kuta. Beda kelas, guys! *kibas kartu kredit* Jadi kami memutuskan untuk ketemuan di sini sambil (rencananya) leyeh-leyeh melihat sunset di Seminyak. Rencananya...

Mendengar kata beach club, saya langsung teringat Kak kancut Cumilebay. Saya baca review potato head di lapaknya. Kayaknya tempatnya oke punya. Tapi saya nggak yakin kalau tempat ini kids friendly. Eh ternyata Kak Tesya dan kiddosnya pernah ke sini dan ditulis di blognya. Cukup family friendly menurut Kak Tesya, ada kolam renang untuk anak pula. Sip!

Kami sampai di sini sekitar jam 3 sore diantar sopir Hotel Tugu yang sabar banget menghadapi kemacetan jalanan karena bubaran upacara melasti. Jalan masuk ke Potato Head ini semacam kios kecil yang dijaga sekuriti. Semua orang diperiksa. Si Ayah dilarang membawa tripod-nya. Huwooo... nggak jadi motret sunset dong. Masuk ke sini dilarang bawa makanan dan minuman. Saya kebetulan masih membawa botol air mineral, petugas tidak menyita tapi meminta saya untuk menyimpannya di tas saja, tidak boleh diminum di dalam. Hokeee...

Setelah lolos sekuriti, kami disambut waiter. "Apa ibu pernah ke sini?" kata waiter bernama David (atau Dafid, atau Daveed, entahlah). Karena saya bilang belum pernah, dia menjelaskan aturannya. Ada dua venue yang bisa dipilih, yang Indonesia atau Internasional. Makanannya ya Guys, bukan orangnya. Saya tadinya pilih resto internasional karena anak-anak bakal lebih suka makan roti atau pasta, tapi ternyata sudah penuh. Ya sudah akhirnya kami dapat tempat duduk di resto Lilin, masakan Indonesia. David mengatakan kami bisa pesan di resto Internasional asalkan kami juga memesan di resto Indonesia. Kata David kami boleh ke mana saja di area beach club ini dan menggunakan fasilitas apa saja yang tersedia. Baiklah.

Harus saya akui, arsitektur Potato Head ini oke banget. Apalagi kabarnya seniman top Indonesia, Eko Nugroho dilibatkan dalam proyek ini. *sungkem mas Eko* Yang paling keren tentu saja dekorasi dari daun-daun jendela yang dipasang mengelilingi venue ini. Sungguh selfieable dan instagrammable.

Urip mung mampir selfie

Little A langsung berganti bikini dan bermain di pantai, ditemani Si Ayah. Saya menemani Big A yang hari itu kurang enak badan. Kami memesan minuman di sini yang harganya mulai 40-60 ribu untuk minuman tanpa alkohol. 

Keluarga Diladol akhirnya datang dan bergabung dengan kami. Cousin K juga mau main di pantai. Sejam kemudian kami baru pesan makanan, setelah buku menu diambil tanpa permisi dari meja kami, hahaha. Menu makan yang ada di sini adalah set menu untuk tiga porsi, harganya mulai 150 ribu, belum termasuk nasi. Big A pengen chicken wings. Tadinya dari penuturan Si David, dari set menu ini saya cuma bisa pilih satu macam, dan akan disajikan dalam 3 porsi. Huh? Waktu itu saya sampai tanya: jadi saya nggak bisa pesan 3 macam makanan untuk set menu? "Tidak Ibu, hanya pilih satu menu saja." Ternyata kata pelayan bisa memilih 3 menu. Agak gak beres Si David ini. Porsinya memang kecil-kecil banget. Gak bakalan kenyang sih, cuma bisa untuk ganjal perut saja. Big A suka banget chicken wings-nya, sayangnya cuma dapat dua biji :)

Menjelang matahari terbenam tampaknya Dila mulai kewalahan mengejar Cousin K yang berlarian ke mana-mana. Yah namanya anak-anak. Akhirnya mereka pamit duluan. Saya membilas Little A yang bikininya penuh dengan pasir. Sepertinya dia sangat menikmati waktu bermainnya di pantai. Memang sih kalau pantai di depan beach club begini bersih dan lebih sepi. Pantainya pun tetap terbuka untuk umum kok, tapi mungkin memang harus jalan agak jauh dari 'gerbang' pantai yang umum. Toilet di PH juga bersih, luas dan adem banget. Petugas cleaning service sangat ramah pada kami, menunjukkan jalan dan membukakan pintu. Setelah bilas sampai bersih, saya mulai menyuapi Little A dengan nasi zaitun dan sayap ayam. Ketika itulah ada pelayan resto yang menghampiri kami dan mengatakan bahwa waktu kami tinggal 15 menit lagi, karena tempat ini sudah di-booking. "Masih lama kok, masih lima-belas-menit," katanya sambil nyengir. Saya dan Si Ayah berpandang-pandangan. Hah, memangnya ada batasan waktu di sini? 

Saya tidak ingat kalau ada aturan soal batasan waktu di sini. Yang saya baca dari tulisan teman-teman di blog, kalau main ke beach club ya minimal bakalan nongkrong sampai sunset. Ketika datang di awal juga tidak diberi tahu. Sungguh nggak nyaman banget, diingatkan untuk pergi saat saya sedang menyuapi Little A. Di situasi seperti ini mau nggak mau saya dan Nino (suami saya) jadi berpikir, apakah kami akan mendapat perlakukan seperti ini kalau kami bule. Keluarga bule di seberang kami anteng-anteng aja nggak diganggu gugat. Sementara yang duduk-duduk di dekat kolam renang (kabarnya harus transaksi minimal 500 ribu) sepertinya juga tetap akan berpesta sampai sunset.

Padahal kalau dipikir-pikir, kami ini kurang Ngostraliyah apa coba? Suami saya kuliah di Ostrali. Little A lahir di Sydney. Big A masih lebih lancar ngomong bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Anak-anak ini lebih doyan roti dan keju (dan vegemite!) daripada nasi. Ironis ya? Intinya sih, kami gagal menyamar jadi bule, hahaha. Gak mungkin kamu akan diperlakukan seperti bule kalau kulit kamu coklat, rambut kamu hitam.

Mungkin memang tampang saya lah masalahnya. Tampang saya yang sederhana ini. Kalau saya pinter pakai benges lipenstik seperti blogger termashyur Simbok Olenka mungkin bakalan beda perlakuannya. Atau saya berdandan ala hijaber kondang pakai kacamata hitam besar meski di ruang tertutup (seriously), mungkin bakalan beda pelayanannya. Atau apakah saya semestinya cas cis cus pake basa enggres dengan si David agar lebih dihormati? Mas dan Mbak, Bali ini masih Indonesia kan? Saya akan tetap pakai bahasa Indonesia selama saya di Indonesia kalau yang saja ajak bicara orang Indonesia juga.

Akhirnya Si Ayah bangkit dan menanyakan apa alasan kami disuruh pergi dengan halus. Ini kami masih tanya baik-baik ya. Si pelayan (yang berbeda dari yang mengusir kami) tidak bisa menjelaskan, dia hanya bilang bahwa meja kami sudah ada yang memesan. Dia tidak bisa berkomentar tentang batasan waktu (mungkin memang tidak ada?). Lha kalau masih ada yang duduk di sini kenapa mejanya dikasih orang? Si pelayan meminta maaf tapi tidak menyelesaikan masalah. The damage has been done.

Meski mungkin si pelayan tidak akan benar-benar mengusir kami, saya sudah tidak nyaman duduk di meja. Oke, kami akan pergi, tapi setelah saya habiskan makanan seharga 400 ribu ini, biar nggak mubazir. Sakit hati saya juga karena saya sudah mengeluarkan uang yang tidak sedikit, tapi mendapat pelayanan yang buruk, sangat tidak sepadan. Masih mending adik saya, Dila, yang meski mengaku jadi food blohher tapi keukeuh pesen satu minuman doang dan 'cuma' habis 60 ribu. Modal 60 ribu kalau 'diusir' mungkin sakit hatinya dikit aja :p Lha saya? Pahit bener. Ternyata memang pinteran strategi adik saya daripada saya :D Kalau nggak pakai 'diusir' mungkin ya asyik-asyik aja di PH. Baca cerita tentang Potato Head di blognya.

Setelah membayar dan sebelum pergi, Si Ayah sekali lagi menanyakan alasan kami 'diusir'. Kali ini pakai bahasa Inggris yang faseh agar diperhatikan sama waiter-waiter trendi itu. Eh Si David bilang kalau dia sudah memberi tahu saya kalau kami diberi batasan waktu. "YOU LIE!" semprot Si Ayah. Duh, merinding disko gak sih dibelain suami kayak gitu? Emang David nggak pernah kasih tahu saya, Si Ayah tahu karena ada di belakang saya ketika saya bicara dengan David. Lagipula, kalau dia memberi tahu saya kalau kursi itu cuma bisa dipakai sampai sebelum sunset, saya bakalan menolak karena rencana awal saya dan Dila adalah menikmati sunset. Si Ayah yang cas cis cus minta dipanggilkan manajer. Si manajer yang kata para waiter sedang sibuk itu akhirnya datang juga dan meminta maaf. Manajer menawarkan free drink untuk Si Ayah. "No, I don't need your drink," balasnya. Ya udah deh, kuliah gratis tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia oleh pak dosen :p

Menurut Si Ayah, David si waiter ini dari awal memang nggak pengen kami ada di area internasional. Saya jadi ingat, awalnya dia menawarkan pada saya, mau di area internasional atau Indonesia? Ketika saya memilih area internasional, si David malah bilang kalau sudah penuh. Lha kenapa tadi ditawarkan? Apa dia tiba-tiba berubah pikiran? Jadi ada tiga 'kesalahan' si David ini, setidaknya menurut asumsi kami. Entah dia sengaja atau tidak, kami tidak tahu.
1. Menghalangi kami duduk di area Internasional.
2. Memberi info yang tidak benar tentang menu set. Saya hanya boleh pesan satu jenis, padahal boleh pesan tiga.
3. Memberikan tempat duduk kami kepada orang yang booking dan berkata bohong bahwa dia sudah bilang pada kami kalau ada batasan waktu.

Ketika kami menunggu pesawat di bandara Ngurah Rai, saya menerima email dari manajer Potato Head. Dia meminta maaf atas kejadian yang kami alami dan menawarkan gantinya kalau kami ingin ke sana lagi. Thank you but no. I wish I could undo this experience. Biar saya nggak usah ingat-ingat lagi. Rasanya saya nggak sanggup datang ke Potato Head lagi. Saya sungguh marah dan terhina diperlakukan tidak baik, lebih parah lagi, oleh bangsa sendiri. Seharusnya dengan harga makanan dan minuman seperti itu, Potato Head punya standar pelayanan yang sangat tinggi dan tidak membeda-bedakan tamu lokal dan internasional.

Saya menunda menulis pengalaman ini untuk memberi waktu agar kemarahan saya mereda. Tapi nyatanya sampai sekarang masih saja baper sakit hati kalau ingat ini. Ketika berkunjung ke Singapura, saya sempat singgah ke kafe Three Buns, yang masih satu grup dengan Potato Head. Di sana saya dilayani dengan baik, meski memang sebagian besar tamunya adalah expatriat, bukan orang Asia. Sementara pengalaman saya di negeri sendiri... Saya menulis untuk mengingatkan siapa pun di dunia hospitality agar selalu menghargai tamu, tidak peduli asal usulnya atau tampang sederhananya. Kalau memang ada aturan tertentu untuk tamu sebaiknya ditulis dan dijelaskan dengan gamblang di awal, tapi berlaku untuk semuanya ya, jangan membeda-bedakan.

Adakah yang pernah mendapat perlakuan yang nggak enak di beach club? Share di komentar ya. Thanks for reading ^_^

>>> UPDATE 18 APRIL 2016 <<<

Pihak Potato Head pusat sudah menghubungi saya melalui telepon. Berikut adalah statement dari PH.

"Kami telah berbicara langsung dengan Ibu Ade Kumalasari. Kami sangat menyesali dan sungguh meminta maaf kepada Ibu beserta keluarganya atas kesalahan komunikasi yang telah terjadi dan atas pengalaman yang tidak menyenangkan di Potato Head Beach Club.

Kami selalu menginginkan pelayanan terbaik kepada semua pelanggan kami dan berkomitmen untuk memperlakukan semua pelanggan kami secara sama, yaitu sebagai tamu terhormat di rumah kami. Ini adalah nilai perusahaan yang kami ajarkan kepada semua anggota staf kami. Kami adalah perusahaan Indonesia yang dioperasikan oleh orang Indonesia, dan kami menyambut dan menghargai semua tamu kami dengan setara tanpa membeda-bedakan.

Terima kasih Ibu Ade atas inputnya. Kami akan meningkatkan pelatihan kami agar staff kami lebih lengkap sewaktu memberikan informasi dan berkomunikasi, dan supaya kami bisa memberikan pelayanan yang terbaik kepada semua tamu kami."


Dengan ini saya nyatakan masalah ini selesai ya. Semoga Bali tetap menjadi destinasi yang nyaman bagi kita semua. Terima kasih atas dukungan teman-teman semua.

Empat ratus ribu tapi rasanya pahit :'(




Ps: untuk review Potato Head yang lebih ceria dengan foto makanan yang lebih menggairahkan, baca di blog Dila ya.

Comments

  1. Gw kapok ke PH ini, baca juga tulisan ku ada kalimat yg rada2 agak kesel kesini. Ini beach club paling jengkelin yg pernah gw datengin
    Gw paling anti kalo blm apa2 sudah di bilang "Mas, kalo mau berenang mesti belanja sekian xxxxx" .... helllo blm apa2 kalian dah nyebut begitu, kita juga tau kali. Kita berani datang karna sudah baca aturan dan kita punya duit. Nich beach club pelecehan banget.

    2x gw kesana dan pengalaman ngak ngenakin, setelah itu lupakan PH, kalo ada yg minta saran ttg PH dari pembaca blog atau siapa saja pasti ngak gw recommend.

    Masih banyak beach club yg dengan tangan terbuka menerima tamu domestik, ada finns beach yg sopan dan ramah meskipun makanan mahal tp lw dijamu bagai raja, Sundara beach club minuman mahal tapi semua tersenyum dan menawarkan bantuan memfoto, nikko beach yg jauh di nusa dua tapi kami disambut tengan senyum ramah dan sopan meskipun mesti merogoh kocek dalam2

    Lupakan PH dan ogah datang kesana lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh.. ternyata emang gitu ya kelakuannya.
      Makasih ya rekomendasi beach club yang lain.

      Delete
    2. Anonymous14.4.16

      Setuju Setiap ke PH selalu di pandang sebelah mata sama "Penghuni"nya mending kalo mau ke beach club daerah seminyak datang ke KUDETA aja atau bisa kedaerah canggu, atau bisa ke LA LAGUNA, kalo mau tempat hits dateng aja ke daerah selatan jauh tapi terpuaskan pelayanannya baik dan harga juga masuk akal, rasa makanan dan minumannya juga okeh .

      Delete
    3. Iyaaa.. brarti ga cm saya aja yg ngrasa ky gt. Sptnya pelayan2nya memang ditraining biar songong2 spt itu. Mrk menilai customers dr pnampilan sepertinya mba..

      Delete
    4. Iyaaa.. brarti ga cm saya aja yg ngrasa ky gt. Sptnya pelayan2nya memang ditraining biar songong2 spt itu. Mrk menilai customers dr pnampilan sepertinya mba..

      Delete
    5. Anonymous15.4.16

      wah berarti emang gak berubah-berubah ya PH dari jaman dahulu awal-awal buka aku juga kesana dan emang lagi rame-ramenya. aku dan temanku malah sama sekali gak didampingi untuk cari tempat lho. ya mungkin karena kami juga gak ada tampang bule-bulenya haha

      Delete
    6. Anonymous15.4.16

      Saya pernah kerja di sana, waktu PH baru mau buka. Pada saat mau pembukaan itu, mereka kalang kabut nyari2 karyawan, akhirnya terkumpul juga karyawan2nya, pada awalnya mereka memuji2 karyawan2nya, tetapi setelah grand opening, banyak karyawan yang dipecat2in dengan berbagai alasan yang ga masuk akal (karena kurang tinggi badan, kurang cantik, kurang bisa bahas Inggris), akhirnya dari sekian banyaknya karyawan, cuma segelintir aja yang mereka masih mau pekerjakan, termasuk saya, tapi melihat perlakuan PH yang semena2, akhirnya saya putuskan untuk tidak meneruskan kerja di tempat itu. Ownernya juga agak belagu kalo menurut saya. Parah deh PH Bali tuh kayak ga punya moral

      Delete
  2. rrr...ikutan gemes, hihi
    belom pernah si punya pengalaman yang sama baik di beach club ataupun di rumah makan *belum pernah minum degan 60.000 berarti* wkwkwkw

    eeehh pernah ding *mendadak inget*
    salah satu resto di Semarang, kala itu aku pakai baju cuman dress *karena murah mungkin ya* sama suami pake jeans plus jaket *karena kami sewa motor*

    restorannya cukup terkenal dengan suasanya ala belanda, dan eskrimnya *ada juga di kota Malang*
    ketika kami masuk ke dalam, waitressnya ngeliatin penampilan kami berdua dari atas ke bawah T_T seolah olah ga bisa bayar makanan disana. Walaupun minumannya ga sampe 60.000, tapi memang agak mahal, (karena bayar suasananya).

    Mungkiinnn, emang ya penampilan itu jadi kesan pertama :P makan di tempat makan yang kece

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aha, aku tahu resto yang dimaksud, hehehe. Kalau masuk situ panggil pelayan pakai bahasa Belanda aja biar diperhatiin, hahaha.
      Padahal kalau bule biasanya pakai singlet doang.

      Delete
    2. Aha kok bgtu dpt clue ice cream saya langsung mak jleb ya hahaha dlu saya baru masuk nanya penuh ya lngsung dijudesin ma mas mas item dekil ngeselin dikira g kuat bayar apa klo perlu tak gesek ni kartu kredit di jidat si mas .... tpi krn mpet ya udah ngloyor aja pindah ke fast food dket situ hahha

      Delete
    3. Aha kok bgtu dpt clue ice cream saya langsung mak jleb ya hahaha dlu saya baru masuk nanya penuh ya lngsung dijudesin ma mas mas item dekil ngeselin dikira g kuat bayar apa klo perlu tak gesek ni kartu kredit di jidat si mas .... tpi krn mpet ya udah ngloyor aja pindah ke fast food dket situ hahha

      Delete
    4. Anonymous14.4.16

      Dulu saya waktu masih kerja sebagai sales furniture kayu di bali memang sering ke PH. Securitynya memang "rada2". waktu itu saya diundang tman saya yg orang jerman untuk dine di PH, tadinya kita mau makan di kuta area karena ramai disarankan ke PH. Disana saya dilarang masuk karena tidak "dress properly" (pake spatu kulit layak pakai, celana jeans tanpa robekan dan baju kemeja) trus temen gw yg jerman bilang "can you describe what is that" sambil nunjung bule yg pake clana pendek kaosan ga jelas pake sendal jepit... dia jawab its ok they are foreigner... abis itu tmen gw yg jerman kluar kata2 mutiara... sambil pergi. Kita makan di t4 lain jadinya....

      Delete
    5. Saya kebetulan pernah makan disana, dulu. Saya juga orang bali. tapi trik saya, saya kasi duit 50,000 ke waiternya sebelum order makanan. Naahh.. Disana kita dilayani bagaikan raja. Hahahaha.. Saya dan kawan2 makan lumayan banyak juga, tapi pelayanannya the best dah..

      Delete
    6. Itu Bali Private Driver bisa banget cari kesempatan
      Orang lagi curhat ttg manner di negeri sendiri. Ini malah nyaranin supaya nyogok.. maksudnya kalo dikasi duit baru baik?? Ckckck.. kebiasaan lau ga brubah2. Minta duit ke employer bli. Orang gaji dari hasil customer juga kan. Lagian yg sering belanja juga orang indo.. bule sih mejeng doank minum 1 2 gels aja. Kasian bli nanti kalo mati di alam sana ga bisa disogok.. rubah mindset sblm bablas.

      Delete
  3. selama ini rajin jadi stalkernya si emak, tapi baru di postingan yang ini rasanya gatel pengen komen. duh David, sepertinya kau bertemu dengan orang yang salah untuk cari-cari masalah.hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salah banget cari musuh! *dikepret pake buku latihan TOEFL*

      Delete
    2. Sama mas,mba. Saya kira lokal people aja yg diperlakukan spt itu. Hehehe ternyata domestik juga. Rada sedih sih bacanya tp gegara pernah merasakan jd gerimutan sama waiternya wkwkwk mungkin dy putus sama pacaranya or telat absen shift kali makanya gt hahaha. Kapokkkkk

      Delete
  4. Noted... Buat bahan pertimbangan...
    Manner is above all... Thank you for sharing mba...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama. Saya sudah bolak-balik ke negara orang gak ada yang separah ini. Miris lah kalau diginiin di negeri sendiri.

      Delete
  5. puk puk si mbak... Mmemang nyebelin bgt dpt pelayanan yg ga sopan gini.. itu si david sepertinya perlu ditraining lagi gimaan cara memberikan service yg baik utk pengunjung.. Kalo di kantorku, dia mungkin udh dipanggil ama bos besar kalo sampe ketahuan mistreat nasabah bgitu. Kkalo ke bali, aku ga pernah ke beach clubnya sih mbak.. tapi pernah waktu itu makan di uluwatu, restonya cakep, tapi aku lupa namanya krn udh lama bgt. Pelayannya awalnya melayani kita baik, tapiiiii kemudian dtg rombongan bule2, yg sbnrnya penampilan juga biasa aja. Masih bgsan kita -__-. eh kita yg lagi dilayani, DITINGGAL dooong! dan itu pelayan lgs men-serve para bule yg baru dtg. Kamfret bgt memang... Dan jujur aja sih mbak, aku jd rada males kalo ke Bali sjk itu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku malah jadi curiga kalau SOP Ptt Head emang kayak gitu biar orang2 lokal kapok gak pada datang. Bikin bete banget yak.
      Kalau suamiku langganan dicuekin pramugari Garuda pas bolak-balik Sydney. Sering kelewatan karena ngelayanin bule.

      Delete
  6. jadi tuh table udah ada yg reserve gitu ya mbak? tapi begonya gak dikasih tau dari awal? Not cool ! Wajar sih kalau kalian marah.
    Aku suka PotHead in term of setting & foods nya but not a big fan of, aku juga ngerasain waitress nya snobbish bikin gak nyaman.
    Good thing kalian tulis ini supaya PotHead berbenah diri dan menyambut tamu lokal seperti tamu2 lainnya, sudah sering denger beberapa kali mengenai cerita seperti ini juga.

    Ini Beach Club Favorit Jalan2Liburan , siapa tahu next time ke Bali mau nyobain :)



    ReplyDelete
    Replies
    1. Yay, thanks banget ya rekomendasinya.
      Itu lah masalahnya, mereka sama sekali gak kasih tahu kalau ada batasan waktunya (yang pastinya bakalan aku tolak). Lha kami masih di tengah2 makan. Entah yang pesen bule apa bukan. Yang pasti setengah jam sebelum kami diusir mereka terima keluarga bule dan dikasih duduk di meja seberang kami.

      Delete
    2. Anonymous15.4.16

      Mohon maaf kalau jadi ikutan nimbrung disini.. tapi mungkin akan sedikit membantu menjawab rasa penasaran. Kebetulan saya punya teman waitress yg bekerja di resto (memang ngga sebesar PH,tapi yg ramai,ngantri dan ngetrend nya mirip PH). Saya diajarkan "trik" utk supaya tamu jajan banyak. Jadi ketika datang,dia akan melihat dulu apakah si tamu kelihatannya akan menghabiskan banyak uangnya di resto ini atau tidak. Kalau kelihatannya tidak (atau ada tamu lain yg kelihatannya akan lebih banyak jajan daripada tamu pertama tentu dia akan mengutamakan memberi tempat oke kepada yg kelihatannya bakal jajan banyak),ketika si tamu request tempat duduk yg spot nya lebih oke,dia ga akan kasih dengan alasan sudah di booking orang/penuh. Tapi dengan catatan si waitress sudah kabari bahwa meja yg anda duduki punya jatah waktu sampai jam sekian dengan alasan sudah ada yg booking,saking ngantrinya tu resto ceritanya(itu saya alami di Un**n Restaurant). Nah saya tanya lalu kalau ternyata si tamu jajan banyak gimana? Ya tinggal bilang yg booking CANCEL. Intinya,kalau anda banyak jajan anda dikasi duduk lama2 (kecuali keadaan sepi okelah..,kalau rame jangan harap). Mungkin si David ini saking ramenya lupa kabari anda diawal bahwa table yg anda tempati sudah ada yg booking..trims

      Delete
  7. Wuhuu, akhirnya dipost juga. Jadi merasa bersalah ngajakin ke tempat ini :(((, sorryyyyy. Tapi, pengalaman di PH Jakarta baik bangettt, ramahhh, meski kami cuman beli 1 porsi pasta buat bertiga :))))).

    Aduh si david david itu yahh, minta diuwel-uweeeel~~~ i dont need youuuu~~~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rapopo, trafik blog-ku jadi naik, hahaha. Berkah terselubung. Lha aku di Three Bun Singapura juga baik2 aja. Apa karena aku bareng sama pimpinan Singapore Tourism Board ya? Jan, si dapit ini salah cari musuh :D

      Delete
  8. apakah tampang suamiku yang beda-beda tipis dengan personel boyband Taiwan F4 itu bisa membantu supaya tidak diusir ya Mbak? :D
    Lha wong saya sekeluarga asli kelahiran Karawang hehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wakakaks. Skor TOEFL-nya berapa dulu... Hahaha.

      Delete
  9. Beberapa beach club dan hotel di Bali emang rada diskriminatif sama tamu domestik. Memang di beberapa tempat ada perlakuan yg berbeda antara tamu asing dan lokal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ehhh...jangan samakan semua hotel di Bali punya staff sekutu kupret si Dapit PH itu ya....gue orang Bali aselih sekolah perhotelan S1 kerja di hotel segmen pasar ostrali, klo ada tamu Indonesia paasti gue utamakan....perlakuan spesial...bahkan klo mereka pilih paket yg wajib bayar deposit 50%....gw bela-belaan ke atasan gw yang bule biar itu deposit di waive khusus buat NKRI....itu gue...tapi kalo situ ngerasa di perlakukan diskriminatif....please foto ato kasi review jelek aja di Tripadvisor...biar nyahok tuh orang

      Delete
    2. Datang ke The Villas Bali Hotel and Spa di Seminyak ya....kolam renang kita gede banget....dan klo ada staff yang bersikap diskriminatif foto aja...#segment kita aussie tapi klo ada Indonesia yang nginep so pasti dilayani dengan superrrr duperrrr...ramah, klo ada yang gak ramah ato bikin gedeg foto trus laporin

      Delete
    3. Saya sudah pernah menginap di sini, meski keluarga kami bukan bulepastinya. tapi pelayannya Top. ditambah lagi Breakfastnya yg wow!. membuat kami merasa seperti keluarga raja, hehehehe.

      Delete
    4. Saya pernah nginep di the villas Bali Hotel and Spa...saya sangat puas untuk pelayanannya..dri parking sampe room service..saya berani bilang mantab...

      Delete
    5. Dia kan bilang "Beberapa"

      Delete
  10. Cuuuuuk jangankan benges, wedak we aku ra duwe. Terus jaman saiki TOEFL isih dinggo po? Nek score IELTS Nino piro?

    Pokmen komenku kudu paling mbedani dewe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pokmen IELTS-e Nino luwih duwur timbang nggonmu :D
      Btw kuwi fotomu kok isih zaman jahiliyah ngono, wakakaks.

      Delete
  11. Halo Mbak Ade, aku seneng banget baca blog-nya Mbak, dan pengen nanti bisa jalan2 juga sekeluarga ke depannya. Baca post ini bikin aku langsung pengen komen. Kebetulan aku belum pernah ke Potato Head, tapi pernah punya pengalaman mirip di resto area Seminyak (nggak sampe di'usir' si). Jadi pas awal datang ke suatu resto(dengan tampang mirip orang Korea hahaha pede abis) para waiter hepi banget welcome-in kita, senyum 4 jari gitu lah, eh pas udah ngomong dan mereka tau kita pake bahasa Indonesia, langsung biasa aja, jebles gitu. Hahaha, tapi dari cerita beberapa temen yang ke Bali, sekarang rata2 resto2 pada gitu si. Para waiter lebih ramah ke tamu2 asing. Entah apa karena mereka bayar pake USD? Hmmm..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada aturan bahwa semua transaksi harus dalam rupiah pake bookeeping rate yang berlaku di tempat itu....klo ada yg bikin gedeg itu foto trus laporin biar di training tuh orang ...bikin malu pariwisata Bali aja

      Delete
    2. Sama-sama bayarnya kok senyumannya dapatnya beda, hehe.

      Delete
  12. Anonymous14.4.16

    Ehmmm... Emaaaang ini klub terkenal bgt di antara kita2 org lokal... Hehe... Sayangnya terkenalnya bukan krn super duper ramah sih... Saya kesana malah nyangkut di security... Ditanya mau kemana (pdhl udah jelas2 itu jalan khusus ke PH)... Dan ditanya mau ngapain ke dalem (mgkn saya disangka mau numpang pipis kali ya.. Hiks....)... Sementara bule disebelah yg nyeker, ga pake baju, cmn celana pendekan disapa dgn amat sangat ramahnya sama security tanpa ditanya mau ngapain ke dalem...Yah, cukup sekali aja deh mampir disini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kami juga merasakan bedanya perlakukan sekuriti ke pengunjung lokal dan interlokal, eh internasional :D
      Malahan ketika kami pulang, teriakan terima kasih untuk bule juga lebih kenceng. "TENGKIYUUU" gitu, hahaha.

      Delete
  13. Slamettt eee...kmrn ga jadi kesana lantaran jalanan macett..nek kena suamiku ya iso di ceramahi abiss itu si david n manajernya..mmg mbk kayaknya kita ini org indo sendiri malah jd warga klas 2 disana..miriiisss banget! Kebanyakan lahh..memang ga smua gt...Btw makasi review nya..jd berpikir 10x kalo mau kesana...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gara-gara ini aku juga jadi was-was kalau ke Bali. Harus pilih-pilih tempat yang ramahnya gak tebang pilih.

      Delete
  14. Besok2 belanjalah pada pedagang lokal ya... jgn belanja d tmpt seperti itu...

    ReplyDelete
  15. Anonymous14.4.16

    Saya org bali sendiri merasakan waiter dan waitress di kebanyakan restaurant/beach club membedakan tamu lokal dan bule...mreka bs mati2an serve tamu bule yg cuman beli cocktail seharga 100k daripada lokal yg beli makan 400k...miris sekali

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anonymous15.4.16

      apakah ini petanda bahwa tamu lokal jarang memberikan tips untuk mereka?

      Delete
    2. Sedih ya kalau begini. Turis lokal nggak semuanya miskin, turis bule gak semuanya kaya.

      Delete
    3. Anonymous15.4.16

      Bukan pekara kaya ato miskin nya ya neng. Kalo gini mah rasis namanya. Customer service kok beda2 in ras. Mgkn perlu di training lagi tuh karyawan PH hahaa

      Delete
  16. Anonymous14.4.16

    wahh pelayanannya ternyata buruk yah, kasian juga padahal tempatnya bagus :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, tempatnya memang bagus. Keren untuk foto2 instagram.

      Delete
  17. Anonymous14.4.16

    wahh pelayanannya ternyata buruk yah, kasian juga padahal tempatnya bagus :D

    ReplyDelete
  18. Bener banget tuh mbak , pelayanan disana emang gak bagus , aku dulu pernah kesana malah di kacangin ama pelayannya gara gara dia sok sibuk ngurusin bule gitu
    Eh pas kedua kali aku kesana bawa sepupuku yg bule malah sok baik banget tuh pelayan , sumpah ngeselin banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jelas banget ya beda perlakuannya, bikin nyesek.

      Delete
  19. Jadi inget, bulan madu sama istri di Bali, minep sebuah hotel pinggiran ubud. Bawa motor sewaan ke hotel,pas turun di tanya satam, mau kemana? Njiirrr... Eh tp besoknya ga jadi marah, ada surprise birthday cake dr crewnya hehe
    Dah biasa dipandang sblah mata sama crew2 hotel, restro, airlines...ada SOP klo lokal kaga usah lah bukain pintu, bisa sendiri...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi, pengalamannya sama kayak aku dan suami. Kami pernah naik motor masuk ke Le Meridien, dicegat satpam. Padahal kami diundang Paman yang jadi arsitek hotel itu dan tinggal di vilanya. Tapi satpamnya masih sopan sih :)

      Delete
  20. Klo aq yg dah stay dibali lama dah tau yg bgituan...apalagi aq kerja di f&b ... sebenarnya serba salah dr pihak management...knp??? Krn kebanyakan orng lokal ktmpt yg trend belanja dikit duduknya mau satu harian...klo ada yg blng itu bullshit n g adil bagi sesama orang indo..kelaut aja coba...mana ada orng buat bisnis untuk dibelanjain 100rb doank trs tmpt dipake 1 harian...itu dr segi bisnis ya...sorry if u feel offended.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks for the comment. Kalau gak pengen ada yang terlalu lama ya semestinya diberi batasan waktu aja (aturan harus sama ya untuk semua pengunjung). Masalahnya saya nggak diberi tahu di awal dan dia bohong ke manajer bahwa udah memberi tahu. Lagipula tamu-tamu lain banyak yang nongkrong sampai malam, lebih lama dari kami dan nggak diusir. Kalau pengen orang datang dan pergi lebih baik buat restoran saja bukan beach club.

      Delete
    2. Aku manajemen perhotelan sekolah gak jauh...tetep di Bali yang S1 tapi.....ada koq cara halus dan cantik....samperin dong tamunya....ada yang mau dipesan lagi....tanyanya yg ramah ceria....sambil pamerin produk knowledge....jangan pernah ngandalin jualan ama tamu luar aja....dalam negeri itu pasar potensial yang gak kenal istilah travel warning!

      Delete
    3. Sebelumnya saya maafkan komen mbaknya...tidak tersinggung sihh sebenernynya saya baca komen mbaknya.hanya sedikit matematis saja ketika melihat ada angka 100.000(100ribu).
      Ketika mbaknya bicara bisnis.maap mbak nihh sebelumnya,food cost dari rata rata makanan per menu yg mbak pesen itu ada di 33% rata rata.yang mana jkalau 100ribu itu pembelian makanan saja pihak resto udah untung 67ribu dengan ongkos produksi(food cost) 33rebu.
      Coba mbaknya itu dehh...kalo itu uang yg harus dikeluarkan per orang.lalu mbak kali seating capacity resto tsb.lumayan lohh mbak dibanding warteg yang biasanya mengambil 50% saja ongkos produksi dari setiap item makanan yg dijual.itu kalo mbaknya bicara bisnis.udah ya mbak..permisi wassalam

      Delete
    4. Anonymous15.4.16

      Ikut komen yes,saya juga orang hotel and pernah di cruis ships,and anda tau gak yg namanya sugestion,second folow up order,ya emamg orang lokal banyak yg gitu tapi gak di sama ratakan dong,orang bule juga banyak banget yg gembel juga,jadi kita di dunia jasa or service industries attitude is very important and don't judge the book by it's cover itu nyata,gak liat bob sadino tampang and penampilan kek kang siomay tapi tajirnya gak ketulungan,orang indonesia gak bodoh kali mereka tau kalo masuk ke beach club pasti gak murah and yg pasti mereka mampu bayar.
      Satu lagi saya di dunia service industries udah hampir 20 tahun and pernah kemana2 yg saya rasain cuman di sini ada pelayanan yg amat sangat diskriminatif thdp orang lokal,so be nice to everyone

      Delete
  21. Belon pernah nge beach club atau ke resto elit sih.
    Tapi pernah ke coffeeshop franchise internesyenel yg warna ijo itu di T3 soetta jam 11an malam dan dibilangin kalo lagi tutup gak bisa order. Ditanya bukanya lagi jam berapa jawabannya "nggg, jam 2, atau jam 4, belum tau, mb".
    Yasud mlipir gak punya pikiran apa apa. Kmudian besok besoknya berkali kali bolak balik lewat terminal ini itu coffeeshop kok buka terus ya 24 jam. Jadi ngaca dan inget inget jaman dulu kenapa sampe gaboleh pdhl masi ada satu meja yg rameee mas mas cakep.

    ReplyDelete
  22. Anonymous14.4.16

    Dulu saya ke potato head dengan pacar saya, karena gak ada pelayan pas saya masuk tuh PH ya saya nyelonong aja.
    Karena bagus view di deket kolam saya langsung duduk (krn ga ada pelayan yg nanggepin), selang 10 menit saya blm didatengin pelayan sampe saya bingung sendiri ko mereka malah datengin bule yang ga manggil mereka.
    Sampe pacar saya panggil pelayannya, dateng dia.
    Karena ga ditanggepin tuh pacar saya ngomong bahasa inggris (padahal saya mah ga bisa), karena lihat tampang pacar saya chinesse ya dia tanggepin lah bahasa inggrisnya pas ngeliat saya, si pelayan baru ngeuh dan nanya pake bahasa "oh masnya ini dari sini" terus pelayannya bilang kalau mau duduk di lesehan dkt pool minimal 500ribu.
    Dia bilang "ya pasti ada kan lah 500ribu"
    Dalam hati ya ada tapi kan gw anak kuliahan mikir2 mau makan segitu.
    Dan akhirnya kami pindah ke meja pinggir, disitu pelayannya lebih ramah sih.
    Ya selang berapa menit saya pesen potato wedges, pasta, sama minuman 2.
    Baru sedikit makan, hujan angin datang alhasil kentang dan pasta saya basah karena ga ada pelayan yang angkat, cuma minuman yang saya selamatin.
    Lalu ditawarkan utk pindah meja (dan itu minuman saya simpen di meja bar), mana ada penuh semua mejanya.
    Sampe ke bar minumannya gak ada 😢😢😢

    Sampai akhirnya, pacar saya yg emosian.
    Minta lagi minumannya ke bar nya, karena ga mau rugi.
    Akhirnya kita dikasih lagi minuman (kalau ga salah sorbet2 gitu) ya cukup seneng sih, walau potato sama pastanya ga diganti.
    Saat mau bayar, pacar saya komentar dia ga mau bayar potato wedges nya dan dengan baik hati pelayannya kasih kami free potatonya.
    Ada baiknya ada buruknya, semoga komentar kita menjadikan pelajaran bagi Beach club ini dan beach club lainnya.

    ReplyDelete
  23. Selama 7 tahun tinggal di Bali, aku nggak pernah kepingin ke PotHead. Selain bukan penggemar beach club, aku juga mayan sering denger review 'miring' tentang tempat ini. Tapi kalo pengalaman dipandang rendah sama sesama orang Indonesia, udah berkali-kali pas di Bali. Pertama masuk restaurant atau cafe, seringnya aku disapa dengan super ramah pake bahasa Inggris karena dikira turis Jepang. Tapi selalu aku jawabin pake bahasa Indonesia atau bahasa Bali. Dannnn beberapa kali, perlakuan waiter berubah 180 derajat. Mulai dari naruh buku menu pake dibanting, jawabnya jutek, kasih penjelasan tentang makanan seolah-olah aku orang bego yang cuma pernah makan menjes (padahal pensiunan chef lulusan Le Cordon Bleu), sampe dikomentari "menu yang itu harganya mahal lho, Mbak!" #Jlebb.

    Seperti mbak Ade, aku juga merasa sedih n marah. Kenapa harus melecehkan sesama orang Indonesia dan menjilat turis bule secara berlebihan? Serasa negara masih belum merdeka dan dijajah orang asing. Padahal ada tuh beberapa kejadian, bule yang langsung kabur setelah makan nggak bayar. Aku sempat punya restaurant juga di Bali dan semua staff pasti aku tegur keras kalau beda-bedain tamu. Semoga aja ke depannya bangsa ini bisa lebih bangga menjadi orang Indonesia dan nggak menilai orang asing lebih superior.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih komennya Kak Debbzie.
      Aku bukan jenis orang yag sulit dan suka komplain. Kalau ada sedikit masalah langsung aku bicarakan ke manajemen atau tulis surat. Tapi pengalaman yang ini sungguh ter-la-lu.

      Delete
  24. Woaa.. beda banget yah... aq pengalaman ke potato head sih puas puas aja.. tapi waktu itu aku emang bareng temen temen international.

    Satu cewek dari serbia and dua cowok prancis.. qta masuk langsung dilayanin.. dikasi tempat deket swimming pool. Sunbeds gitu..

    Trus qta cuman pesen satu minuman aja.. 60.000 (maklum pelajar bokek) dan kita disana berjam jam sampe malem


    And they were really nice

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah bisa dapat bed-nya ya. Padahal katanya minimal order 700 ribu kalau bed.

      Delete
    2. Anda cman bruntung aja karena teman anda bule. Smestinya anda malu komen bgtu, karena numpang berlinsung di punggung bule. Ngerti kan diskriminasinya dmn? Dan siapa yg jadi korbannya? Orang orang kita. Dan anda bisa bilang they were realt nice? Nice apanya? Nice karena anda sedang berada dengan slimut prancis dan serbia? Kami dengan kain tenun asli indonesia apakah pantas anda abaikan dengan berkata they were realy nice? Malu mbak komen gtu. Sumpah..

      Buat mbak yg pnya blog ini, info yg saya tau. Rata rata pekerja dsna adalah pekerja dengan latar blkang bukan hospitality. Tdak ad standar bekerja. Knpa pekerja dengan kualitas ini vanyak dibali? Karena gampang nyarinya dan g perlu ijsah tinggi tinggi, gajih mreka juga g gede. Jadi ini strategi bisnis mreka jga. Memperkerjakan org minus skill dengan gaji yg kecil. Spadan kan? Makanya mreka g tau aturan. Dan mreka menggangggap yg blnja sama kaya mreka...

      Jgnkan kepada para konsumen. Di stiap hotel, diskriminasi pekerja terhadap org asing juga banyak mbak. Jadi entah ada apa dengan kualitas manusia kita, knpa sama bule show up. Sama kita sndiri engga? Kembli mngkin ke kitanya. Dri diri kita sndiri juga jarang menghargai org lain. Smkin berwawasan bukannya makin rendah hati dan saling menghargai malah makin sok. Makanya karmanya g jauh jauh mbak.

      Kalo kita bersatu mreka g akan bgtu. Mngkin 100 tahun lagi baru org org kita akan memimpin di tanah sndiri. Ini cerita aja. Bukan ngajarin sih. Saya merasa salah ngmong banyak. Cman smua tergntung konsekuensi hidup ini. Budaya kebarat baratan dan minus moral sudh menyelimuti generasi ini. Jdi caranya, didik saja generasi kita yakni anak atau sodara kita. Agar org org sperti mereka lenyap... Kbtulan skripsi saya dbidang ini mbak. Jadi saya salut sama suami mbak dan mbak sndiri. Smoga populernya bukan bkin blog aja. Tapi bkin buku buat mencerdaskan bangsa dibidang hospitality

      Delete
    3. Anda cman bruntung aja karena teman anda bule. Smestinya anda malu komen bgtu, karena numpang berlinsung di punggung bule. Ngerti kan diskriminasinya dmn? Dan siapa yg jadi korbannya? Orang orang kita. Dan anda bisa bilang they were realt nice? Nice apanya? Nice karena anda sedang berada dengan slimut prancis dan serbia? Kami dengan kain tenun asli indonesia apakah pantas anda abaikan dengan berkata they were realy nice? Malu mbak komen gtu. Sumpah..

      Buat mbak yg pnya blog ini, info yg saya tau. Rata rata pekerja dsna adalah pekerja dengan latar blkang bukan hospitality. Tdak ad standar bekerja. Knpa pekerja dengan kualitas ini vanyak dibali? Karena gampang nyarinya dan g perlu ijsah tinggi tinggi, gajih mreka juga g gede. Jadi ini strategi bisnis mreka jga. Memperkerjakan org minus skill dengan gaji yg kecil. Spadan kan? Makanya mreka g tau aturan. Dan mreka menggangggap yg blnja sama kaya mreka...

      Jgnkan kepada para konsumen. Di stiap hotel, diskriminasi pekerja terhadap org asing juga banyak mbak. Jadi entah ada apa dengan kualitas manusia kita, knpa sama bule show up. Sama kita sndiri engga? Kembli mngkin ke kitanya. Dri diri kita sndiri juga jarang menghargai org lain. Smkin berwawasan bukannya makin rendah hati dan saling menghargai malah makin sok. Makanya karmanya g jauh jauh mbak.

      Kalo kita bersatu mreka g akan bgtu. Mngkin 100 tahun lagi baru org org kita akan memimpin di tanah sndiri. Ini cerita aja. Bukan ngajarin sih. Saya merasa salah ngmong banyak. Cman smua tergntung konsekuensi hidup ini. Budaya kebarat baratan dan minus moral sudh menyelimuti generasi ini. Jdi caranya, didik saja generasi kita yakni anak atau sodara kita. Agar org org sperti mereka lenyap... Kbtulan skripsi saya dbidang ini mbak. Jadi saya salut sama suami mbak dan mbak sndiri. Smoga populernya bukan bkin blog aja. Tapi bkin buku buat mencerdaskan bangsa dibidang hospitality

      Delete
  25. Sudah banyak restaurant atau club yang mendewakan bule di bali ..seharusnya pekerjaan di bidang hospitality harus bisa melayani customer siapapun lokal atau bule...ketika customer bule Datang senyum lebar Dari para waitress ..sementara kalau orang Indonesia Datang berbeda sekali perlakuannya..sikap diskrimatif !!

    ReplyDelete
  26. Salam hai!
    Hahaha, saya bahkan org Bali asli (yang tidak bisa berdandan ala anak2 kekinian) pun merasakan hal yg sama. Diskriminatif atau apalah istilahnya itu. Bukan hanya di 1 beach club, namun di beberapa tempat "KEKINIAN" pun sering terjadi hal ini.
    Apakah saya harus menjadi bule agar bisa dilayani maksimal?
    Apakah saya yg berdandan ala kadarnya dianggap tidak mampu untuk makan mewah?
    Memang bisa diakui, beberapa "grombolan anak2 yang ingin hits" akan memesan makanan/minuman termurah dan duduk berjam-jam. Tapi bukan berarti org lokal dgn tampilan seadanya didiskriminasikan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, saya nggak mau disamakan sama gerombolan yang berisik, ganggu dan foto2 doang. Saya pengennya sederhana aja, duduk nyaman dilayani dengan baik. Toh bayarnya sama dengan yang lain.

      Delete
  27. Ini sih kayaknya kesalahan murni ada di si waiter David itu. Waktu kita dtg ke sana jam 5 sore, dijelaskan kok bahwa semua meja penuh baik indonesia maupun internasional, dan paling cepet itu jam 7 mlm. Kita dipersilakan nangkring di bar ato lounge umum, dan klo kebetulan ada kursi kosong boleh duduk asal pesan minuman. Restoran2 populer di bali biasanya memang dibooking lwt telpon, dan susah dpt meja klo ga show. Kita pernah beruntung dpt meja di La Luciola saat go show, tapi diingatkan bahwa jam 8 hrs beres, krn sudah dipesan org lain. Nah, menurut saya sih, emang aturan di Potato Head begitu, tp David ga becus utk kasih informasinya. Terbukti manajer PH minta maaf kan, dan mau kasih kompensasi. Bukan saya belain PH sih, minuman dan makanannya enak, tapi kemahalan dan terlalu overrated, dari cerita mbak rasanya PH ga sengaja "ngusir", ini miskom krn David ga melakukan tugasnya dgn baik. Wkt itu saya dtg dgn bule kok, dan perlakuannya sama, kita ga dikasi meja krn emang penuh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih komennya Vina. Saya juga nggak masalah kalau aturannya fair.

      Delete
  28. Lhaa cm 400 rb mah murah dsana :p di pothead lagi. Cb ke el kabron aja yg kelasnya di bawa pothead min 300rb per pax. Klo 400 rb sekeluarga mah murah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Klo mau free di el kabron minta duduk di bar ajah.. 300rb tapi kan dpt minum..

      Delete
    2. Hehehe, memang bukan kelasnya berarti.

      Delete
    3. Ya mungkin karna elkabron gak mau "ngusir" nantinya... Hahaha jadi gg terlihat tidak ramah daripada murah tapi ujungnya pembeli disleksi

      Delete
  29. Anonymous14.4.16

    Penjajahan oleh bangsa sendiri..klo mau berbisnis bisnislah yg baik..kta diperlakukan baik di negara org..tp di negara sendiri baru beach club sekelas PH sdh mengecewakan..bnyk yg luxurious diatas PH dgn pelayanan memuaskan..well semua ga melulu soal uang..attitude..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju, attitude lebih penting daripada uang.

      Delete
  30. Wah seru juga bacanya, meski tinggal di Bali, tapi belum pernah kesini. Tapi begitulah tempat usaha kalo udah laris manis diserbu bule, jual mahalnya minta ampun, ada perbedaan kasta! Semoga jadi acuan buat yang lain untuk menghindari tempat ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya juga orang bali, malah ga pernah ke tempat hitss karena merantau terus menuntut ilmu hahahaha.... yaahh kanggoin ke pantai kuta ato lovina ajaaa,, udaaah lumayan kok wkakakakaka ga usah ke potato2an segala wkakakaka,, nikmati yg bisa dinikmati... masih banyak view yg bisa dilihat gratisss tiisss tisss hahahaha

      Delete
    2. Takutnya malah venue-nya seneng kalau orang lokal gak pada dateng :)

      Delete
    3. Anonymous15.4.16

      Saya krg bali dan saya tau Karena pada umumnya bule gak seneng kalau restorannya banyak org lokal yang kelakuannya sering selfie" gak jelas di depan mereka, dan gaya berpakaian nya, yang namanya beach club itu pakaian ala pantai miyami, bukan deengan berdandan menor dan foto" depan bule bule itu, karna target market nya adalah international maka dari itu kita harus berpakaian dan berprilaku seperti internasional.

      Delete
  31. Saya juga Hotelier dan Orang Bali Asli.. Mohon Mahaf Mbak Mas Tante Oom Kakak Adik, kalo misalnya ada pelayanan yg kurang berkenan selama liburan di Bali.. Saya kerja di salah satu Resort bintang ***** dan hal ini sangatlah memalukan, mendengar adanya diskriminasi tamu lokal dan bule.. Memang udah dari dulu hal ini terjadi, tapi kita sebagai Hotelier semua mesti Welcome, mau lokal mau bule mau blasteran mau belang.. Semua itu tergantung Attitude dari Hotelier itu sendiri, begitu jg Attitude dari Customer.. Sama2 saling jaga lah..

    Yang jelas sangat disayangkan sikap seperti David itu, bukan mencerminkan sikap seorang Hotelier, saya pun sempat mengikuti Training oleh HRD di tempat saya bekerja, How To Handle Domestic Guest, dan itu sangat "membuka mata" kami tentang pelayanan yg lebih baik untuk kedepannya..

    Jadi kalau sampai terjadi hal2 yg memalukan seperti ini lagi, itu sangat disayangkan dan mungkin masih banyak "David" yg lain di luar sana.. Harapan saya utk kedepan sih supaya pihak management memberikan "Training" yg lebih baik terhadap staffnya tentang pelayanan kepada Tamu

    Motto dari beberapa Hotel Terkenal :
    Hospitality from The Heart, Make The Guest Feel at Home, Create The Sense of Total Relaxation, We're Ladies & Gentlemen Serving Ladies & Gentlemen

    Semoga pengalaman ini tidak membuat kapok para pelancong turis lokal yg mau datang dan liburan ke Bali, terima kasih, I Love Bali, I Love Indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih komennya Pak. Pengalaman saya yang lain di Bali baik-baik saja kok, di-handle orang lokal.

      Delete
  32. PH dan kudeta dll yg sejenis..semua sama..agak sinis sama pribumi yg jajan (maaf bs lbh dr 700-1 jt) skali makan, di banding bule2 yg cuma nge koktil pinggir pantai or nge beer tp diperlakukan raja

    ReplyDelete
  33. Ih.. Saya jadi ikutan kesel bacanya.. Saya tinggal 20thn di Bali, daaannn kejadian ini sering bgt terjadi di cafe2 bule di Bali, makanya agak males ke cafe yg isinya full bule, org pribumi jd dipandang sebelah mata... Thank u for posting mba..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, terima kasih sudah singgah.

      Delete
  34. Anonymous14.4.16

    Alhmdllh di bali dpt yg ramah pelayanannya dan ga beda2in..ngmg scr umum sbaiknya kl mau untung areanya digedein aja,jgn ngusir. Apalagi mandang org indo dgn mindset bgtu,pdhl org indo yg lakuin.wake up,sbnrnya mrk nilai dirinya sendiri rendah..
    Shrsnya mental para pelayan2 itu ga serve bgt,ada nasionalismenya gt loh,kdtgn org pribumi asli yg punya duit ky bule..bangga dong,wlpn cm mlyni,tp org2 gw mampu ky bule..
    lagipula yee,di lombok suka ngarak bule yg nyuri.jd jgn dewain bule bgt..
    apalagi keindahan negri sndiri,yg kl ga ada ijin dr org indo jg ga buka..

    ReplyDelete
  35. yup pernah pengalaman dipandang sebelah mata jg, tp lucunya sekali datang dgn penampilan mevvah ala ala gigi hadid diperlakukan ramah, minggu depannya penampilan biasa bgt krna emang niat bejemur aja (saya lama tinggal dibali), ga boleh masuk lhooo dgn alasan penuh padahal keliatannya sepi, smenjak itu malas ke pothead

    ReplyDelete
  36. Klo si david tu pasti bukan org bali...
    Klo org bali kan terkenal ama keramahtamahannya (hospitality)nya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang sepertinya bukan. Sebelum ke PH saya menginap di hotel Tugu Bali, pelayanannya sangat bagus meski kami satu-satunya tamu lokal, dihandle orang Bali.

      Delete
  37. sudah saya duga,untung saya ga jadi kerja disana...dari bawahan sampe atasan semuanya belagu,bahkan kami yg orang asli balipun dianggap sebelah mata.Paling anti dh recommend tempat itu klo tamu2 di hotel saya pengen ke beach club,mana untuk booking tempat aja susahnya minta ampun lg.

    ReplyDelete
  38. Anonymous15.4.16

    gini mbak2, maaf sblmnya, saya pernah kerja di restaurant di kuta, tp bagian kasir. awalnya pernah bgung kalo temen2 waiter\s sebel banget kalo dpt tamu lokal. rata2 kena ini, ga semuanya ya, kebanyakan aja.
    1. belinya paling dikit nanyanya menu njelimet banget. kalo bule beli jrg bgt pilih yg paling murah, apalg pesen 1 piring ber 5. ato satu gelas rame2. Kebanyakan lokal gt. numpang eksis n poto2.
    2. komen pedes bgt "sedikit ya" (emang resto fine dining) ,"ih hambar,ga enak" (yg di pesen pasta italia,ya iyalah bukan nasi liwet yg gurih itu), sedangkan tamu bule kebanyakan langsung pgl pelayan daninta tambah gar lada ato apa kek, attitude nya beda.
    3. jarang banget banget ngaai tip, sedanglan bule kebanyakan mereka ngasih tip, meskipun cuma sisa kembalian doank. kalo lokal pe recehnya juga di ambil. culturenya beda.
    4. sisa dikit minta bungkus, ini beneran, suer, ad yg kek gini. bukanya apa, bule nyaris ga ada yg gini. buat pekerja resto agak ngerepotin kata mereka.
    5. berisik. sorry turis dari china jg berisik dan kadang jorse amit2. tapi cm orang lokal yg selfi rame2, berisik, ketawa2, dan duduk di meja ber 7 padahal cm 3 di suruh pindah tersinggung. restonya sepi sih gpp, kalo pas rame, kasian tamu yg empet2an, ato malah ga jd makan.

    sekali lagi, inu ga semua turis lokal kek gini, ga semua. masalahnya yg sudah2 sering kek gini. jadi terdoktrin dan jd tolok ukur, tapi ga semua pekerja pariwisata berpikiran gini.
    masalahnya kalo di resto, mereka jg berharap uang tip, ato biar ga capek, ato males rese, kalo ama tamu lokal 50% pasti ada kemungkinan dpt yg 4 model di atas.

    sekali lg saya va membenarkan si dapit dan dapit2 yg lain di mana aja. cm mgkn kita jg perlu bersikap dan bergaya hidup sesuai tempat aja. di mana bumidi pijak di situ lgtdi junjung. as a simple as that.

    sekali lg hanya opini dan fakta yg saya lihat dengar dari temen
    kerja dulu.terima kasih..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anonymous15.4.16

      Ya kalo gitu jgn ada di bisnis hospitality, itu risiko bisnis..masih bagus tempatnya rame ada yg ngunjungin. Anda tahu, utk buat tempat bisnis yg rame itu gak gampang jadi ya dilayanin aja namanya juga customer. Jgn berprasangkalah..attitude yg baik itu hrs jd karakter dan bukan topeng.

      Delete
  39. Anonymous15.4.16

    gini mbak2, maaf sblmnya, saya pernah kerja di restaurant di kuta, tp bagian kasir. awalnya pernah bgung kalo temen2 waiter\s sebel banget kalo dpt tamu lokal. rata2 kena ini, ga semuanya ya, kebanyakan aja.
    1. belinya paling dikit nanyanya menu njelimet banget. kalo bule beli jrg bgt pilih yg paling murah, apalg pesen 1 piring ber 5. ato satu gelas rame2. Kebanyakan lokal gt. numpang eksis n poto2.
    2. komen pedes bgt "sedikit ya" (emang resto fine dining) ,"ih hambar,ga enak" (yg di pesen pasta italia,ya iyalah bukan nasi liwet yg gurih itu), sedangkan tamu bule kebanyakan langsung pgl pelayan daninta tambah gar lada ato apa kek, attitude nya beda.
    3. jarang banget banget ngaai tip, sedanglan bule kebanyakan mereka ngasih tip, meskipun cuma sisa kembalian doank. kalo lokal pe recehnya juga di ambil. culturenya beda.
    4. sisa dikit minta bungkus, ini beneran, suer, ad yg kek gini. bukanya apa, bule nyaris ga ada yg gini. buat pekerja resto agak ngerepotin kata mereka.
    5. berisik. sorry turis dari china jg berisik dan kadang jorse amit2. tapi cm orang lokal yg selfi rame2, berisik, ketawa2, dan duduk di meja ber 7 padahal cm 3 di suruh pindah tersinggung. restonya sepi sih gpp, kalo pas rame, kasian tamu yg empet2an, ato malah ga jd makan.

    sekali lagi, inu ga semua turis lokal kek gini, ga semua. masalahnya yg sudah2 sering kek gini. jadi terdoktrin dan jd tolok ukur, tapi ga semua pekerja pariwisata berpikiran gini.
    masalahnya kalo di resto, mereka jg berharap uang tip, ato biar ga capek, ato males rese, kalo ama tamu lokal 50% pasti ada kemungkinan dpt yg 4 model di atas.

    sekali lg saya va membenarkan si dapit dan dapit2 yg lain di mana aja. cm mgkn kita jg perlu bersikap dan bergaya hidup sesuai tempat aja. di mana bumidi pijak di situ lgtdi junjung. as a simple as that.

    sekali lg hanya opini dan fakta yg saya lihat dengar dari temen
    kerja dulu.terima kasih..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih komennya.
      Memang sebaiknya tidak menyamaratakan orang sesuai stereotip. Saya sendiri orang lokal bukan termasuk tipe yang berisik dan mengganggu, anak saya pun well behaved jangan sampai mengganggu orang lain. Makanya saya sakit hati kalau diperlakukan tidak baik karena saya merasa selalu taat aturan dan gak berprasangka apa-apa.

      Delete
    2. Iya sih memang bener.. tapi bok ya jangan keterlaluan to. Dapat tip ya untung gak dapat ya kan udah digaji... kita2 masuk k ph juga bayar. Dan gak semuanya tamy lokal seperti itu.

      Delete
    3. Iya sih memang bener.. tapi bok ya jangan keterlaluan to. Dapat tip ya untung gak dapat ya kan udah digaji... kita2 masuk k ph juga bayar. Dan gak semuanya tamy lokal seperti itu.

      Delete
    4. Anonymous15.4.16

      Pelanggan itu raja, walau ribet minta ini minta itu toh mereka bayar. Kalau gak ngasih tip ya bukan rejeki namanya, masak begitu ama lokal sendiri.. saya di siangapur di australi aja di layanin denga baik sopan ramah... kalian para pegai kan juga digaji..

      Delete
    5. OMG ini tpt udah saya blacklist dr kapan tau… rasis nya level dewa… saya tau persis kalau tpt ini selalu penuh jd saya selalu coba reservation by phone first (for restaurant, you can't make reservation for bed by the pool, it's first come first serve)

      Dan every time (catet 3x tlp nyoba reservasi) selalu jawaban dr resepsionis nya BELAGU!

      "Oh ibu mau reservasi dimana? Loh kita punya 2 tpt, international dan asia, ya terserah ibu mau yg mana, kita ini selalu fully booked"

      Terus ceritanya iseng, I try to call again but this time using english… and guess what, LGS RAMAH BINGITZZZZZ!!!

      Tiap kali ada tmn dtg ke bali minta diajak ke PH SELALU saya alihin ke tempat lain!

      Delete
    6. Anonymous15.4.16

      Setuju bgt sama comment Anonymous.
      Mungkin sist juga perlu liat dari perspektif waiter2 itu.

      Kalau memang ada bookingan selanjutnya, mungkin bisa cari win-win solution misalnya minta pindah meja, ga perlu mencak2 sama dapit yg emang bloon.

      Masukan aja nih, kalo sist ga suka sama service nya, ya udah utarain kekecewaan sist berdasakan apa yg sist alami, ga usah lah nyombong2 hubbie lulusan Sydney atau TOEFLnya sekian. Itu bukan segalanya sist, ribuan orang juga bisa begitu kok. Kalo sist pake alasan itu utk menjustifikasi kekecewaan, sis sama aja ad-hominem kaya waiter2 itu...

      Delete
    7. alasan no 3 dan 4 itu miris banget. kalo saya selalu melakukan no 4,karena saya ga suka buang sisa makanan, pilihannya habiskan atau awa pulang.... no 3 bukti nyata kalau uang adalah segalanya

      Delete
    8. Anonymous15.4.16

      Terima kasih atas sharing pengalamanya Mba. Cuma mau kasih pandangan yg sedikit beda, makanan yg bersisa sebaiknya memang dibungkus bawa pulang. Mengapa? Untuk menghindari food waste aka mubazir. kalau memang bisa dimakan lagi kenapa tidak? Para bule2 skrg terutama yang berpendidikan ya bukan OKB, memahami bahwa untuk menghasilkan sebuah makanan perlu tanah untuk menumbuhkan tanaman/hewan, ada proses untuk sampai dari petani hingga sampai ke dapur, ada gas/listrik yg dipakai utk memasak, nah kalau makanan itu dibiarkan terbuang padahal bisa buat dimakan lagi besok siang atau paginya kan jadi tidak mubazir baik dari segi biaya produksi maupun energi yg dilepaskan. Masih banyak orang lain yg juga masih kekurangan makanan, jadi bersyukurlah kalau bisa makan berkecukupan. Kalau memang lagi diet yah makanlah sepiring berdua. Jadi Ibu2 Bapak2 makanan kalau bersisa bungkus bawa pulang ajah, bisa buat dimakan lagi atau buat dikasih ke ayam di rumah ;)

      Kalau ngomong soal berisik, kalau turis amerika dan australi tuh berisiknya minta ampun, kok tetep dilayani dgn baik? kalau orang afrika? Pasti dicurigain jual obat dah. Orang arab, dikirain cari cewek buat dijadiin istri sirih. Orang india mgkn bau bumbu jd pelayannya takut deket2. Eh maap ngelantur....

      Delete
    9. Biarbagaimanapun untuk seorg yg bergerak di bidang hospitality itu adalah tugas staff untuk tidak mengambil hati mengenai apapun yg dilakukan oleh customer kevuali yg sudah bersifat mengganggu customer lainnya. Harus diingat bahwa customer dtg utk wisata dan bukan mau mendapatkan kejutekan kalian(maaf yah....)itu adalah konsekwensi pekerjaan. Saya dulu kuliah di jerman sambil sesekali juga bekerja di sebuah perusahaan kosmetik di berlin. Biar seberapa rumitnya org jerman menanyakan bahan yang ada di dalam sebuah cream wajah, saya selalu tersenyum dan berusaha menjawab...apabila tidak mengenal saya langsung meminta maaf dan membuka buki panduan dengan beribu halaman. Love your job or just dont do it! Maaf saya kurang setuju dengan pendapat dan alasan yang anda berikan.

      Delete
    10. Ikut komen, mba..gatel kl diem aja. Mungkin kbanyakan lokal punya kebiasaan2 yg spt ditulis diatas, tapi sbg waiter jg tugasnya ttp melayani lah, bukan u mendiskriminasi. Wong sama2 bayar kok!

      Trus masalah makanan sisa dikit minta dbungkus, saya jg slalu bgitu..knapa? Karena saya bayar untuk makanan itu, jd saya berhak u minta dbungkus u sisa makanan yg masih ada, lagian salah besar kl bilang bule ga pernah kaya gt. Saya tgl d perth, dan dmn2 kl kami lg dine in dan ada sisa makanan yg tidak habis pasti sll minta take away container sama waiter u dbawa pulang..dan bule2 itu pun jg melakukan yg sama. Bahkan waiter pun menawarkan apa kita mau take away aja makanan sisanya! Waiter indo males aja kali u lakuin kaya gt krn cm ngarep tips doang..

      Ini sih masalahnya mmg dr karakter buruk individual yg sudah jd tolak ukur pelayana pariwisata bali. Saya jg seriiiiing diperlakukan kaya gini. Tapi saya langsung jeblakkin (bahasa macam apa ini jeblakkin) di dpn orgnya kl mmg dia rude.

      PH jg ga keren2 amat lah tempatnya..too noisy dan u kualitas makanannya ga sebanding ama harganya, mnrt saya.

      Delete
  40. Saya ijin menggunakan pengalaman ini buat bahan training saya ya bu. Saya bekerja di hospitality, kebetulan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sila Ibu. Terima kasih sudah membaca.

      Delete
  41. I feel you mba.. Saya tinggal di Bali dan sampe beberapa taon lalu sering kesini karena tiap temen2 yang lagi in town super hobi bgt ngajak ketemuannya disini ��

    Kalo ga nyamperin temen sih malesnya abis2an sejak kejadian berapa tahun lalu..

    Ini tempat kLo hari minggu memang ramenh pRah abis lebih padat daripada carrefour di peak days sebelom hari raya dll


    Pada suatu minggu yang long long time ago, saya dan teman2 rencana ke tempat ini dari breakfast niatan mo seharian santai2 sambil tanning di bednya, dicatat ini karena bareng teman2 ya kalo nggak mah dirumah jg ada kolam dan pool deck sendiri..

    Saya orgnya kalo buat plan organized jadi dari hari sebelumny sempet kontak untuk menanYakan apakah bisa buking di bed di jam tertentu apalagi pagian kan belom rame, yang angkat telpon blg ga bisa book. First come first serve

    Ok deh


    Di hari H nya.. Ya ketebak bgt lha, rombongan kita di skip beberapa kali dengan rombongan bule yang jumlahnya sama. Its like WTF and kayanya managernua udah biasa bgt minya maaf2 dengan kejadian gini which is bukan solusinya

    Harusnya training pegawainya harus lebih sophisticated donk, terutama buat client org indo, please deh ini masi indo hellowwwe dan kita lebih tendensi untuk jadi repeating customer and on the first place ini indonesiasa, nothing against bule2nya yah.. Saya sendiri suaminya bule but customer service di bali memang masih banyak banget yang suka diskriminasi service local vs bule

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillah .. dngn sharing seperti ini kita jadi punya bnyak t4 recommended untuk di HINDARI, dinilai dr segi pelayanan yg KURANG PROFESSIONAL, dr saya recommend W Hotel, Mahal memang, tp kita pasti PUAS dengan Pelayanannya yg lebih dr yg diharapkan.

    ReplyDelete
  43. Kayaknya main pointnya jg bukan soal 400 ribu atau berapa. Tetep aja kita datang ksana dan membeli. So kalo dri awal dikomunikasikan dengan baik kan enak jdinya. Kalo mendadak diusir ya , i think buat tempat sekelas pothead ya , sangat tidak professional

    ReplyDelete
  44. saya pernah mengalami hal serupa tapi bukan di PH.Kebetulan saya memang ada kerjaan motret di hotel itu untuk perusahaan rokok ternama.Karena memang blom mulai dan saya memutuskan untuk meneduh dipinggir kolam dan untuk memesan makan dan minuman.Seketika datanglah security menyambanngi saya dan asisten saya agar tidak duduk disitu."kenapa tanya saya?."karena ini area bule dan biasanya para bule terganggu dg kehadiran orang lokal lanjutnya lagi.Dengan agak bernafsu saya jawab"Emang tidak boleh pesan makan dan minum disini?sungut saya."kallau mau pesan minum dan makan sebaiknya pesan di resto di dalam saja jawabnya lagi.Karena saya tidak ingin melanjutkan keributan dan karena memang saya haus terpaksa saya pindah ke area restoran.Dan jujur untuk kita makan bertiga hanya burger serta kentang goreng beserta ice tea dan coffe latte kita bertiga menghabiskan tidak kurang 1,5 juta rupiah.Itulah INDONESIA RAYA..........!!!!!!!!

    ReplyDelete
  45. Alhamdulillah .... jd punya banyak t4 recommended untuk di HINDARI, di Nilai dr Segi PELAYANAN yg TIDAK PROFESSIONAL, dr saya recommend W Hotel, mahal memang, tp Pelayanan yg Professional membuat kita ingin kembali lg kesana, sama sekali tidak ada perbedaan Tamu Lokal maupun Luar.

    ReplyDelete
  46. Di bali emang gitu, suami saya bule nah kalau jalan2 kemana-mana suami yang disapa or dilayani saya di cuekin or di pandang sebelah mata, setelah Ada anak eh dikira baby sitter. Sedangkan kalau di negara suami org2nya menghargai saya banget eh di negara sendiri dg org sebangsa senegara malah di remehkan.....trus pengalaman di potato head ada dua satu kami kehilangan uang waktu lagi asik2nya berenang. Nah tas kebetulan kami titipkan ke mbak2 receptionist karena waktu itu kits habis tuker uang, eh malah hilang 50% udah ribut ampe manager tetep gak Ada solusi, minta liat cctv byk deh alasannya so fucking hate that place man!! Herannya kami datang lagi kesana so yang kedua kita minum cocktail satu gelasnya 125 ribu (crap drink anyway) tp mahal nah trus waktu bayar laki saya kelebihan bayar 200 ribu yg dia pikir 20 ribu, and guess what??? Waiter Nya nilep tuh uang waktu saya Tanya eh pura2 kaget en bilang oia tuh tamunya kelebihan bayar 200 ribu saya pikir tips hehehehe sorry sorry sorry, sambil nyengir! Oke first of all he is my husband not my fucking tamu enak aja loe pikir gw guide?! Or apa?! Trus kok enak banget main nilep2 uang?!

    ReplyDelete
  47. Di bali emang gitu, suami saya bule nah kalau jalan2 kemana-mana suami yang disapa or dilayani saya di cuekin or di pandang sebelah mata, setelah Ada anak eh dikira baby sitter. Sedangkan kalau di negara suami org2nya menghargai saya banget eh di negara sendiri dg org sebangsa senegara malah di remehkan.....trus pengalaman di potato head ada dua satu kami kehilangan uang waktu lagi asik2nya berenang. Nah tas kebetulan kami titipkan ke mbak2 receptionist karena waktu itu kits habis tuker uang, eh malah hilang 50% udah ribut ampe manager tetep gak Ada solusi, minta liat cctv byk deh alasannya so fucking hate that place man!! Herannya kami datang lagi kesana so yang kedua kita minum cocktail satu gelasnya 125 ribu (crap drink anyway) tp mahal nah trus waktu bayar laki saya kelebihan bayar 200 ribu yg dia pikir 20 ribu, and guess what??? Waiter Nya nilep tuh uang waktu saya Tanya eh pura2 kaget en bilang oia tuh tamunya kelebihan bayar 200 ribu saya pikir tips hehehehe sorry sorry sorry, sambil nyengir! Oke first of all he is my husband not my fucking tamu enak aja loe pikir gw guide?! Or apa?! Trus kok enak banget main nilep2 uang?!

    ReplyDelete
  48. Wah jadi inget pengalaman di PH seminya. It was 2 years ago tp kalo inget sampe sekarang masihhhh bikin kzl!
    Ceritanya pas ke bali memang pengen sunset di pothead pas wiken. Jadilah bbrp hari sblm wiken coba tlp reserve tempat, ternyata kata mbak yv terima tlp, kalo wiken ga ada reserve2an.... Langsung dateng aja. Okelah meski berasa agak aneh aja....masa iya ga bisa reserve.

    Ahirnya wiken datang juga dan dengan pede langsung dateng antri. Depan saya ada 2 rombongan besar dan bbrp couple indo. Antrian ga maju2 dan karna penasaran saya keluar dari antrian dan nguping di front desk. Ternyata kata mba bule yg jaga front desk (iya maknya bule) udah ga bisa antri lg, semua full book buat yv udah reserve by phone. Lahhhh piye tho? Tapi karna udah kadung laper dan males pindah ahirnya ttp nunggu sambil liat sikon. Beberapa orang bilang ke mbak front desk mrk mau nunggu meski lama gak papa. Tapi si embak tetep keukeuh udah full ampe malem.
    Pas lagi heboh orang2 nego, sempet liat ada 3 cewe bule baru dateng pake sendal jepit. Dikasih line beda dan disuruh nunggu. Mereka BOLEH antri dan dijanjiin table. Dan bener.... Ga ada nyampe 10 menit 3 ce bule itu dibolehin masuk. Demmm! Udah kzl dan ilfeel tp pengen kasib pelajaran ke front desk bule itu.

    Ahirnya saya misah antrian agak jauh, pasangan saya suruh coba nice try nanya boleh antri ga buat dapet table. Sementara saya coba muter2 dikit dan balik lagi langsung dengan pede ke antrian terpisah kaya 3 ce bule tadi., ngomong pake english....and voila! Ga ada 10 menit saya dapet table dan boleh masuk. Langsung saya panggil pasangan pake bahasa indonesia, tampangnya mbak bule mulai pucet. Saya melenggang masuk aja, pesen makanan yg banyak (huffft ini beneran laper dan esmosi). Setelah selesai makan saya minta dipanggilin manaher.
    Pas manahernya dateng saya ceritain semua dan mbak bule front desk dipanggil. Dong mau denger apa alesannya ga ngasih lokal buat antri? "Habis kalo lokal biasa cuma minum doang" mbak...hello....jelas2 pasangan saya minta table dan idah jelasin mau malan besar, bukan cuma minta table doang. Ahirnya saya ceramahinlah si mbak bule dan manaher itu. Bisa masuk dan makan sih....tapi apa ya iya kira harus "nyamar" jd bule buat dapet perlakuan layak? Sekelas pothead masak stafnya masih kampung inferior gitu sama bule? Kesian banget..... Bener2 ga habis pikir... Coba pegawainya dibanyakin jalan keluar negri dan ketemu banyak org dr berbagai belahan dunia biar inferiornya sembuh

    ReplyDelete
  49. Halo mbak . Salam blogger...

    Sebenernya yg biasa seperti itu adalah staff nya. Kalau bos atau managernya biasa malah senang siapa saja mau mampir dan membeli sesuatu di tempat mereka.

    Saya sih sudah sering tetapi bukan di PH (kebetulan males mampir PH) ,terutama di Bali karena bali ini bisa dibilang tanah kelahiran saya dan salah satu tujuan wisata internasional. Dan kebanyakan resto daerah seminyak, kuta itu rata rata pengunjung hampir jarang yg lokal.

    Saya karena hobi kulineran sering dapat undangan dan kadang mampir ke resto untuk membeli dan mencoba makanan yg paling sepesial di resto tsb.

    Karena saya biasanya pakai baju kaos, celana pendek di daerah yg udah terkenal di Bali, saya biasanya sering di anak tirikan dalam pelayanan padahal apa beda dengan bule bule yg pakai singlet kadang ga pakai baju.

    Suatu hari saya mampir ke sebuah resto yg isinya bule semua, saya dan pacar aja orang indo di resto tsb, kita dilayani lamaaa bgt dan gak di anggep. Padahal saya pesan makanan yg harganya 150rb keatas itu ada 3 jenis (supaya saya bisa merasakan signature di resto tsb) sampai tamu bule bule itu pada ngeliatin kita makan mbak, oh ya tau gak bule bule yang disana itu pesan apa aja?? 70% bule disana pesan air putih yg berlogo gunung & jus. Sedangkan saya doang yg pesan makanan besar sampai saya minder diliatin bule (pada laper kali mereka :D ) maklum perut indo.

    Nah yang saya sayangkan masih banyak banget resto yang staff nya hanya mementingkan orang bule ketimbang orang indo. Sedih mbak satu negara di anaktirikan. Padahal orang indo itu suka makan kan otomatis resto tsb bisa dapat pemasukan lumayan.

    Salam : www.balikoala.com

    ReplyDelete
  50. Absolutly right.. pengalaman saya hampir sama, waiter witress.. mereka sangat ramah dengan bule tapi denga local sendiri ooh no. Tapi diwaktu itu saya berlagak tolol aja... sambil aku berfikir ternyat begini cara mereka melayani tamu. Jadi untuk local siap2 lah sakit hati masuk ke ph walau kita makan bayar...

    ReplyDelete
  51. Mbaaa sama banget pengalamannya, tapi kalo aku di SKYE, sampe skrg aku msh baper rrrrrr
    aku waktu itu siang2 kesana berlima, krn udh baca review klo kesana hrs rapih baru boleh masuk, ya ak berusaha serapih mungkin, awal dtg udh diliatin dr atas smpe bawah plus di cek KTP, setelah itu di ksh tu klo cm wktu 2 jam, llu setelah dpt duduk, pesen cemilan n minuman si pelayannya super judes ( padahal laki) dia seperti mengganggap remeh kami dgn kata2 nya "temen nya gak minum?!" Haha rasanya pengen aku bayarin dia makan -.- pdhal temen ku belum mau pesen minum, mksdnya temenku itu nanti aja, lalu pesenan kita belum selesai, saya lg ngomong dan dia melengos aja gtu di panggil bule di meja belakang saya trs ngelayanin mereka setelah selesai dgn bule2 itu, dia blk lg dong ke tmpt kita kayak gak puny dosa ! Heloooow esmosi -.- gak dihargain abis
    Dari saat itu ak bersumpah gak akan balik kesana karena :
    1. soal pakaian, udah dibeda bedain dgn bule, kita yg bangsa sendiri, kesana hrs baju rapi plus sepatu, sedangkan bule ?! Aku lihat dgn mata kepala sendiri, cuma pake kaos celana pendek ssama sendal toh santai aja masuk dan dilayani dgn baik
    2. Hampir semua pelayan disana angkuh !!! Menganggap remeh tamu2 dari bangsa sendiri, karena saya lihat saat itu tdk cuma saya dan teman2 yg diperlakukan seperti itu

    ReplyDelete
  52. Dipikirnya kita orang lokal nga ada duit, baru aja sekelas pelayan udah kayak gitu apalagi jadi manager! Prett.. org berpenampilan sederhana, blum tentu kere. PH# Blacklist dari kamus destination sya Thank you for your share.

    ReplyDelete
  53. Alhamdulillah belum pernah ke pH walau uda stay di bali lumayan lama Dan walau suami expat juga si doi malah milih duduk di rumah makan banyuwangi yg pelayannya jauh lebih ramah..hahaha...
    Hotel tugu is the best mbak.. Saya tggu kalau ke bali lagi, rumah deket banget dari hotel tugu.. Tar melali lah kita bersama.. Buat pengalaman mbak..
    Sabar ngih jeng..

    ReplyDelete
  54. Anonymous15.4.16

    Hi, mba. Thanks for sharing. Dari apa yang saya baca, bener-bener ya kelakuan para staf yang arogan dan kurang ajar seperti itu bikin naik darah. Saya juga pernah di Jakarta, reservasi pakai bahasa Indonesia tidak dilayani, namun pakai bahasa Inggris dengan British accent malah dilayani.

    Tapi, ada beberapa hal yang ingin saya cermati mba.

    1. Apakah mba melakukan reservation in advance? Sepengetahuan saya, reservasi di awal perlu dilakukan hampir di beach club manapun di seluruh dunia terutama yang ramai pengunjung. Dan memang bagi walk-in guests, jika tamu yang sudah booking datang dan kondisi club sedang full, para tamu walk-in seringkali diminta untuk segera close bill. Namun tetap, David salah karena tidak menginformasikan di awal.

    2. Jika masalahnya adalah penampilan, sepertinya sih memang sudah 'pakem'. Ya di hotel mau breakfast saja adabnya harus rapi i.e. dilarang pakai slippers, kok. Apalagi ke beach club. Just saying :)

    Itu sih mba masukan saya. Tapi thanks banget udah sharing, dan semoga management PH Beach Club Bali pada baca dan melakukan teguran keras pada para staf. Banyak sekali pebisnis F&B yang sombong begini akhir-akhir ini. Macam para bule pada banyak duit aja huh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih komennya.
      1. Saya memang tidak reservasi karena kurang yakin bisa datang tepat waktu (terbukti memang telat satu jam-an dari rencana saya semula bertemu dengan adik saya). Kalau ada info aturan tertentu untuk tamu walk-in saya tentunya akan maklum (meski mungkin saya nggak jadi masuk).
      2. Kami berempat pakai baju rapi dan bersepatu kok. Cuma memang bukan baju ber-merk :)

      Thanks ya masukannya.

      Delete
  55. Alhamdullilah ga pernh ke ph walau stay di bali..
    Lahhh.. Brarti pH malah sama warung banyuwangi mbak..
    Pelayan nya ga bile ga local di ajak guyon..
    Malah suami saya orang expat dia ogah ke tempat kaya pH gtu.. Katanya mending makan jagung bakar tapi di pinggir pantai.. Dapet sunset iya, main sama anjing" bali iya.. Klau ke pH uda mahal rempong bingits..
    Anyway, hotel tuku is the best. Pernah cooking class juga ga mbak di tugi hotel? Pelayannan nya TOP bgt sepadan dg harga permalam.. Omg itu mahal kwelesss..
    Kalau ke bali kabar 2 lahh mbak.. Biar kita explore nusa lembongan,tampak siring bareng..

    ReplyDelete
  56. Anonymous15.4.16

    Hmm 2 taun lalu kesana yg ngelayanin malah waiternya org bule, baik malah biarpun cm mesen minum doang nonton sunset ga pake mkn :p

    ReplyDelete
  57. baiklah jadi fix liburan ke luar negeri aja deh kayanya hehe, males kalo di negeri sendiri dibeda2in gini

    ReplyDelete
  58. Anonymous15.4.16

    Wah shock juga sih baca thread ini, masalahnya udah lebih dari 10 kali kesana, perasaan saya selalu dapat servis yang sangat professional dari staf2nya. Makanya ini selalu jadi tempat favorit saya kalau lagi di Bali. Feel sorry for you, semoga bukan nulis gini untuk semata nyari visitor buat webnya ya mbak. cheers

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, terima kasih komennya. Saya sudah ngeblog 5 tahun dan isinya semua pengalaman traveling keluarga kami. Visitor datang sendiri kok karena memang perlu info dari blog saya. Mungkin bisa baca-baca tulisan lainnya :) Terima kasih sudah singgah.

      Delete
  59. Anonymous15.4.16

    Paling males kalo baru duduk trus udah banyak aturan. Pernah mesen steak di situ trus dibilang "mahal loh mas", jawaban gue? "Muka lo ama keluarga lo juga gue bayarin sini. Berapa?"

    I know im rude at that point, but the encouragement to become rude is unbearable..

    ReplyDelete
  60. Anonymous15.4.16

    Mending ke sunset bar di Ayana resort aja :D

    ReplyDelete
  61. Mungkin kalo tamu LOKAL , ngasi tips nya dikit kali :v makanya beda perlakuan , maklum saya bukan orang pariwisata jadi ga tau menau tentang itu ....mudah"an bisa berbenah , saya selaku masyarakat bali juga malu , Bule / Lokal sama aja sih menurut saya , sama" bayar kan ? :v

    ReplyDelete
  62. Anonymous15.4.16

    itu jeleknya sbagian org kita! diskriminasi, mrk liat kulit.. di pikirnya kita org local, rambut item , kulit sawo mateng KERE dan gak mampu byr tempat beginian dan cuma BULE aja yg bs, gak nyadar kah mrk bule2 itu loooo ada jg sebagian TUKANG SAPU di negara mrk. BT nya lg klo kita jalan sm BULE ( suami ) yg di liat itu BULE nya, yg di tawarin dan di tanyain itu BULE nya, gak tau apa ya mrk ada pepatah LADIES FIRST? buat managent manapun gak cm PH, jgn salah market kalian itu skrg bnyk org local, local yg brani spending dibanding org2 putih dan hidung mancung itu.

    ReplyDelete
  63. Wah ngeri amat yak perlakuan sm bangsa sendiri..klo dirata2 banyakan yg dapet perlakuan diskriminasi sama bangsa sendiri, padahal ini yg kasi share pengalaman banyak blogger terkenal yang aku suka baca blognya sdh melanglang buana kemana-mana gltapi gara2 tampang dan bahasa pribumi yah..miris. Aku baru dua kali ke Bali setelah jaman SMA jaman dahulu banget, kemarin 2014 baru ke Bali lagi dan itu mengunjungi Kakak yang kerja di Ayana, pastinya minta diajak ke Rock Bar..hahaha..gak tahu deh klo gak ada Kakak gw, penampilan gw sm tmn2 aseli backpacker pake sendal jepit bukan branded juga..waktu itu krn ngekor kakak semua waitress dah senyum hormat mulai dari naik kereta ke atas..di Rock Bar dapat free makanan dan minuman. Gw sama tmn2 cuman terlongo dan meja kita disamperin manager bar diajak ngobrol..itu tmnnya kakak gw sik hehe..entah klo gw dateng sendiri. Pengalaman klo di Paris, Italy terutama Venice..kita cuma pesan makanan share tapi sampe serbet makan digelarin yahh sama waiters senior gtu lgi..ada waiters junior ganteng malah hanya tugas beres2 meja.padahal pengan meja kita diserve sm yg junior ganteng hehe..mereka gak memandang kita sebagai orang Asia tpi sebagai customer.

    ReplyDelete
  64. Mba maaf tp kenapa sombong bgt kesannya dr crita beda kelas tinggal dihotel mahal dan murah lah pdhl itu mba blng aadik mba, trs pake crita kl yg diusir adik mba lbh oke krn cm belanja 60rb, dan mba suami mba lulusan ausi lah dr crita mba knp kesannya mba pamer bgt ya, dan memperjelas keadaan sosial mba dan menjatuhkan keadaan sosial adik mba yg sbnrnya ga prlu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sarannya. Saya biasa bercanda dengan adik saya. Tapi memang terkesan seperti itu kalau belum kenal kami atau baca satu tulisan saja. Noted ya :)

      Delete
  65. Anonymous15.4.16

    Selamat malam, pengalaman saya ke ph kebetulan dapet pelayan yang baik. Bahkan mreka dengan santai melayani saya dan teman2 yg pake sandal jepit clana pendek. Ramah senyum juga. Ini bukan maksud mau belain ph atau para pelayannya. Tapi seperti dari kasus mbak ini murni kesalahan dari si david. Meskipun demikian kita harus berpikiran terbuka untuk menerima bahwa setiap tindakan pasti ada alasan dibaliknya. Dan tentu saja tidak semua orang yg bekerja sebagai pelayan memiliki attitude macam david. Kita sebagai tamu pun harus bisa bersikap sewajarnya bagaimana seorang tamu yg beekunjung ke rumah teman, bahwa pelayan adalah si tuan rumah yg setara dengan kita. Bedanya mreka harus ramah dan lebih peduli karena berada dibawah aturan. Oh iya sudah menjadi kebiasaan saya orang asli bali meskipun ke tempat2 hits di Bali, baik itu beach club, bar, club, coffee shop,dll biasanya saya yg meramahkan diri ke para pelayan. Semuanya saya panggil "bli" = itu panggilan untuk orang yg sebaya atau lebih tua dari kita (gak tua2 bnget ya tapi bedanya) karena di benak saya klo mreka juga adalah saudara kita, hanya beda status karena tempat dan waktu. Mungkin nanti jika mreka yg berkunjung dan saya adalah pekerjanya saya akn berstatus pelayan mreka.

    ReplyDelete
  66. Mba maaf knp sy baca2 crita mba malah inti yg sy baca adalah mba sombong ya, dr mulai pembicaraan mba beda hotel sm adik mba krn beda kelas dy nginep dihotel murah, dan kl dy yg diusir dr PH akan lbh baik krn cm mnum 60rb (pdhl itu adik mba kan) dan mba menjelaskan suami mba lulusan ausi mba mkn bersama org penting dll lbh terkesan menyombongkan diri atau status sosial mba dan menjatuhkan status sosial adik mba yg sbnrnya tdk perlu diperjelas utk review crita ttg PH. Tlng lbh bijak lg mba sblm bercerita. Thanks

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, terima kasih komentarnya. Mungkin anda tidak menangkap satir di tulisan saya. Bahwa lancar bahasa Inggris dan lulusan luar negeri tidak menjamin diperlakukan dengan baik kalau kulit kami cokelat. Mengenai adik saya, mungkin bisa dibaca sendiri blognya. Tapi bisa jadi kesan itu yang anda tangkap karena cuma baca satu tulisan saya. Terima kasih sudah singgah :)

      Delete
  67. Anonymous15.4.16

    Dari tulisannya, sepertinya mbak orangnya suka pamer kekayaan ya... Down to earth dikit mbak

    ReplyDelete
  68. Anonymous15.4.16

    Saya menikah dgn bule and tinggal di US. Pengalaman sy tinggal di luar, org sini tdk pernah judge kita sesuai penampilan, tp kalo plg ke indo org2 judge kt sesuai penampilan.
    Krn saya tdk pk branded or dress up, sy dikira pembantu or baby sitter anak sy sendiri. Krn sy tidak bawa tas branded sy spt Michael Kors, Gucci, LV etc disana sy dikira ga pny duit wkt sy msk toko, unless my bule is next to me.
    Ke salon dkt rmh pk baju biasa pun diperlakukan ky org ga mampu byr, krn sy cm pk baju biasa and jln kaki.
    But pngalaman sy di Bali berbeda, krn suami sy bule, sy hrs dicharge extra ( so msh ada keuntungan kl kesana dgn status lokal) Anak skt and hrs panggil dr ke hotel, awalny bilang feenya 500rb. Tp begitu liat suami sy, ktny charge utk foreigner 1.5 jt. So bule sbnrny jg dibegoin disana, and dichrge lbh tinggi, mgkn krn itu mrk ga berani sentuh bule.

    ReplyDelete
  69. Anonymous15.4.16

    Aku waktu itu pernah ke sana juga mbak dan cukup sekali aja. Aku kira cuma perasaan/pengalamanku aja seperti itu. Para staff PoHe atau PH ini, terlalu kelihatan memandang sebelah mata pengunjung lokal. Mereka selalu mendahulukan turis2 asing.
    Waktu itu aku memang gak reservasi, dan memang antri. Itu oke. Yang gak oke adalah ketika tiba2 ada bule yg belom reservasi juga, tapi dia masuk duluan, padahal jumlah orangnya sama. Berhubung males ribut, padahal pengen ngejitak, akhirnya cuma nanya ke stafnya dan gak bisa jawab.
    Sedih kalau lihat kesitu dan miris. Mereka kok seperti tidak menghargai dirinya sendiri. Dikira dengan kerja/menjadi staff disana, sudah menjadi segalanya kali ya? Bisa belagu dan arogan dengan sesama orang2 dr bangsanya sendiri. Sayangnya, Masih banyak pelayan/staff resto/hotel keren yang masih suka merendahkan orang lokal/orang yg berpenampilan sederhana, yg masuk ke mereka. Padahal sama2 bayar dengan jumlah yg sama dan pakai outfit yang pantas. Susah sih ya, staff kalo diajarin sama manajemen untuk ngeliat tamunya dari heboh penampilannya atau cantik/ganteng enggak nya orang. Pdhl orang yang suka pamer, kebanyakan orang kaya baru. Orang yang kaya udah dari dulu sih, biasa aja penampilannya, yang penting sesuai.
    Menurutku, manajemennya harus ngajarin staff nya untuk tidak merendahkan/menghargai dan melayani setiap tamunya dengan kualitas standard terbaik mereka.
    Malah biasanya, kalau tempat mahal lainnya, staff mereka benar2 ramah dan melayani dengan menunjukkan kualitas pelayanan mereka ke setiap pengunjungnya tanpa membedakan.

    ReplyDelete
  70. I would like to share that I was having same bad service from Potato Head in Bali. I was having some dinner with clients from Germany and the Owner of hotel I used to work. I called Potato Head in advance 3 days before to make reservation. It was late about 15 minutes because of traffic. When we arrived there at 7.45 pm one of female staff who was in charge at the front was looking at our reservation and age she said that we were late 15 minutes and we only have time until 9 pm to eat. We were shocked to hear that how come we can enjoy to have dinner for 1 hour 15 minutes only. She took us to the table and she reconfirmed again that we have to finish at 8 pm. We were waiting to be served and the menus was coming at 08.15. I don't know what makes them so long to get the menus and the have many staffs but just walk by. then we finished to order and the food took so long until almost 9.30 om just arrived. We have ordered some drinks and it was long to come and many drinks not same as what we ordered. While we want to order dessert they said we already stay almost 1 hour more as almost 10 pm already. So we cancel to order the dessert. The service so bad. Food also not nice and the portion so small not worth it with the money we spend. I definitely will not recommend POTATO HEAD to all family and friends. I don't know why people still look at the prestige to come to Potato Head instead of having good service and good food.

    ReplyDelete
  71. Anonymous15.4.16

    Ngga cuma di bali mbak. Dimana mana gitu. Paling simple kalau ke mall, kalau saya pake dress, mbak nya ramah. Pernah saya ke salon sama temen, temen saya dilayanin gara2 dia pake dress + ber make up. Saya nungguin temen saya yg cat rambut. Bayangin berapa lama..saya tetep di anggurin. Beda banget sama culture di luar (kebetulan saya studi di luar), ke mall pake sendal jepit ama celana pendek + kaos rumahan tetep dilayanin dg ramah. Balik indo, saya yg sdh biasa ga dandan kalau g ada acara spesial, ngomel2 dg hospitality di indo yang amit2 liat orang dr outfit doank. Masak saya ke salon suruh dandan dulu.

    ReplyDelete
  72. Pernah juga dpt pengalaman ngeselin di PotHe bali. Perpisahan sm kantor lama, saya diceburin ke kolam berenang. Lalu, seusai pinjam toilet utk ganti baju, pelayannya dengan kurang apik menghakimi saya dengan ngomong: "Ya Ampun! Ibu, disini ga boleh mandi!" ... Sayang sekaliiiii dia melakukan ituuuu... Gahahahaha... Karena, saya tipe yg bs membalas dgn diplomasi dan membuat org jadi minta maaf. Saya jwb: "Ya kali iya mas saya mandi, gak lihat tadi saya diceburin?(saya yakin dia lihat, krn dia lah yg arahin saya ke toilet stlh saya diceburin). Saya yakin tadi mas lihat kan? Emg disitu ada shower sampe saya bisa mandi???" (Telak, krn emg ga ada shower jg... Yah mas maap yak ente K.O). Sekian kisah saya terakhir di pothe bali :)

    ReplyDelete
  73. besok klo kebali coba eksana ah.. klo pelayannya bilang gitu saya lempar uangnya dimuka dia... ghhahahah

    ReplyDelete
  74. Anonymous15.4.16

    Hahahahha.... bule disini kebanyakan jadi broker..pengalaman aku di hotel ,lebih seneng handle orang indonesia.. tip nya gede2... 50 ribu - 100 ribu.. kadang lebih.. kalo bule cuman thanks you aja ..kadang sisa dr uang kembaliannya aja dikasi.. recehannnn

    ReplyDelete
  75. Bukan masalah branded atau local maupun mancanegara .. Tapi oknum itu yang dipermasalahkan .. Mesti ada SOP yang harus dituruti dan bila perlu di camkan .. Jika tidak management harus bertindak tegas unutuk memberikan SP.

    ReplyDelete
  76. Wah saya juga pernah ngalamin yang sama, saya sempet bikin "penelitian" disana haha
    Pertama kali saya datang kesana dengan teman2 seprofesi yang pada saat itu kita nggak ada yang dandan, dipandang sebelah mata banget karena penampilan yang gak oke dan diragukan pada saat kita mau duduk di sofa bed depan plunge pool, ditolak karena alasan kita blm booking, oke fine kita akhirnya duduk sebentar di resto nya

    Kunjungan kedua saya berdua dengan pacar saya yg kebetulan expatriate, disambut maniiiiiisssss banget dan sopan, pesanan cepat datang, tapi tetap saya dipandang agak nggak enak karena mungkin lagi lagi saya nggak dandan berkulit gelap dan rambut dikuwel kuwel aja

    Kunjungan ketiga saya dan teman2 saya dandan maksimal, sudah booking, bawa handbag andalan, kostum bertema, sunglasses macem selebrintis ��, Aksesories,( wah pokoknya keliatan "orang kota" banget deh) bertuturkata lembut dan penuh kesabaran pas mau pesan, order banyak banget dan sempet buka 2 botol minuman juga disana, disambut oke dan ramah tapi tetap saja menurut saya beach club ini sombong.....masa sih buat diperlakuin nicely harus ngabisin uang berjuta2 dlu... Mau ngabisin uang banyak pun klo turis lokal tetep dinomorduakan sepertinya ya, dan ini sering bgt terjadi di bali (kecuali order sampe belasan juta kayanya, dan memang sudah terbukti benar )
    Lagi juga klo menurut saya lama lama makin kayak cendol tempat itu ��, mendingan ke beach clubs lain dehhhh, sebelahnya PH lebih ok n asik klo menurut saya, nggak terlalu "cendol"

    Hehehe sekian dulu nimbrungnya

    ReplyDelete
  77. Duh PH bali ya? Bikin riwayat jelek bangkit lagi ini sih. Pernah kesana sama sodara berdua,mbak2nya judes. Trus dijelasin peraturan ini itu,pesen minuman doang datengnya lama,begitu nyampe masih dijudesin. Lalu datanglah suamiku yang nyusul.BULE. Dannnn mbak2 tadi langsung ramah dateng ke meja kita. Rasanya pengen kuliahin arti manner *turun mimbar*

    ReplyDelete
  78. Anonymous15.4.16

    kalau bule ngga reservasi dan pake baju santai kayak di pantai, apa perlakuannya sama ya?
    Entahlah..

    ReplyDelete
  79. Salahnya om david tu mbak... Dan mbak sabar aja. Memang informasi sangat penting. Apa dong gunanya pelayan? Kita tamu, hahaha... Apa susahnya memberi penjelasan tentang bagaimana seharusnya. Kan bgtu? Sampe kapanpun mbak bener dsni. Secara mbak pertama kali ksna. Knpa dia g fokus pada jawaban pertama itu? Sudh tau pertama kali kan diarahin. Dan kenyamanan nonor satu. Yaaa kalo org baik pasti kelakuannya baik mbak. Sabar aja. Haha... Dri bebrpa komen, saya salut smua mengeluarkan smua pengalamannya.dan buat lokal kecuali mbak, yg udh bayar 400 ribao wkwkwk... Trutama yg slfie ribut dan kampungan, jgn sperti itu... Bergayalah sesuai kantong dan g malu maluin. Kasian para pelayan mereka bekrja lo dsna, bukan mlayani keangkuhan kalian yg g spadan itu. Kalo poinnya dsni "kemuakan" yg berujung balasdendang, mungkin hrus perlu adanya ketegasan dan info yang jelas. Karena hospitality itu sulit. Butuh ramah dan sigap. Gpp kalo bnyak nnyak jgn malu. Biar jelas smua. Smoga g kapok ya mbak dan smuanya baik konsumen maupun pihak manajemen dan pekerja. Smoga saling mengingatkan

    ReplyDelete
  80. Anonymous15.4.16

    Ph mang gt.. ane jg pernah sakit ati, pas maksi di lilin restonya ma sahabat lama, menu dah dikasih, dah siap order, ehhh si waitresss gak dateng2 malah sibuk ngalayanin bule. Gilee waitressnya asli pura2 gak liat lambaian tangan kami. Pdhl nih perut dah keroncongan, kawan saya dah naik pitam aja krn ngrasa dilecehin, maklum doi tajir banget, putra salah satu orang terkaya dijatim. Tp yahh krn tampang kita2 yg asli pribumi ini kyknya bikin dipandang sebelah mata..

    ReplyDelete
  81. Dimana2 mmg begitu mgkin mbk, skr ini banyak yg menilai org dari penampilan, dulu saya pernah ditahan sama satpam sebuah hotel di sanur, mgkn karena masuk ga naik mobil,waktu itu mau ketemu temen dari australia yg nginep disana, mmg tampang ndeso kaya saya susah masuk ke area berkelas kali,haha,tampang ndeso ada duit ttp kalah sama tampang kaya ga punya duit...

    ReplyDelete
  82. Anonymous15.4.16

    Halo Mbak, salam kenal ya. Saya pernah beberapa kali ke PH di Bali dan di Jakarta tapi sama geng bule terus. Aman gak pernah ada kejadian gak enak. Mungkin karena power of bule dengan kulit putihnya yang bersinar secerah matahari bikin mata kebanyakan orang silau.

    Soal mengagungkan bule, di Jakarta ada restauran yang terkenal susah dapat kursi tapi kalau reservasi pakai bahasa Inggris, medok Jawa Timuran sekalipun (seperti bahasa Inggris saya) pasti banyak. Ya mau gimana lagi, sebagian orang kita emang suka grogi kalau denger bahasa Inggris dan langsung iyes...iyes..iyes..

    ReplyDelete
  83. Denger beginian jadi gatel.....di tempat2 wisata di luar negeri tidak pernah ada batasan waktu.....you buy ,you are allowed to seat. Seharusnya orang2 hospitality lebih tau how to treat people. Meskipun misalnya customer(lokal atau internasional)duduk lama tapi dengan nice experience mereka akan balik lagi pastinya,bahkan mungkin dengan keluarga atau teman mereka.Sebagai pebisnis yang pintar yah pasti tahu akan hal ini. Kalau bodoh yah hanya berharap dengan kedatangan customer sekali ini saja.Pengalaman di Bali saya sendiri tidak mengalami masalah karena saya memang suka fashion.Hanya saya dulu pernah pergi ke bali dengan tmn yg berdandan casual. Pas masuk saya dengan bbrp teman saya dapat masuk dengan nyantai....kasihannya teman saya dicegat dan disuruh buy 1st drink......lah kita masukkan memang mau minum. Akhirnya club managernya minta maaf. Pengalaman di Bali ama di Koh Samui bedaaaaaa banget ..... sepertinya hanya di negeri kita org lokal malah mendapat perlakuan buruk dari sebangasanya. Kita harus lebih banyak berkaca dengan negara eropa yg apabila kita menggunakan bahasa mereka akan mendptkan pelayanan yg jauh lebih ramah. Sedih karena hal2 seperti ini harus terjadi dan dapat berdampak jelek untuk image Bali sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul. Saya 5 tahunan tinggal di Sydney, atmosfer kafe/resto memang lebih kasual. Belum pernah kena diskriminasi karena memang kotanya multikultural.

      Delete
  84. Kami berdarah asli Indonesia..mencintai sesama indonesia Dan tidak akan pernah memandang sebelah Mata rumpun Kita macam si iklan pik pik olimpik...Wkwkwkwk..ngomong apa Saya...pokoknya Kalau Mau liburan kebali..Mari merapat ke gubuk kami : www.juliasbali.com
    Salam sejahtera..Semoga tidak kapok kebali ya Bapak Ibu..

    ReplyDelete
  85. Kami berdarah asli Indonesia..mencintai sesama indonesia Dan tidak akan pernah memandang sebelah Mata rumpun Kita macam si iklan pik pik olimpik...Wkwkwkwk..ngomong apa Saya...pokoknya Kalau Mau liburan kebali..Mari merapat ke gubuk kami : www.juliasbali.com
    Salam sejahtera..Semoga tidak kapok kebali ya Bapak Ibu..

    ReplyDelete
  86. Tahun 2012 kesini karena temen2 pada blg "lo HARUS ke Potato Head" jd pas ama keluarga ke Bali kami mampir ke sini. Papa udah jengkel aja mau duduk di salah satu area dekat pool "Maaf kalau duduk di sini harus beli makanan minuman minimal 1jt"...baiklaaahhh...lalu kami duduk di area yang "murah". Pesan minuman yang harganya 40rb+++++ kirain pake apa, ternyata cm pake sirup Marjan. Emmm..langsung lah kami cabut. Sungguh ga paham apa yang dibanggakan kalau pelayanannya bikin para pendatangnya gak nyaman gini. Kapok ke PH hahaha

    ReplyDelete
  87. Saya bekerja di biro perjalanan wisata. Waktu itu group kami minta salah satu program nya ke PH.

    Kemudian kami menghubungi sales nya lewat tlp dan munculah harga untuk group 40 pax itu Rp. 500.000++ per orang.

    Karena kami travel agent dan group kami lumayan banyak kami nego untuk menghilangkan ++ nya... Maksud nya agar bayar 500 rb nett /orang.

    Jawaban seorang sales PH saat itu "MBA...KLO GAK PUNYA UANG JANGAN KESINI"

    Telpon saya tutup dan group kami pindahkan ke beach club sebelah.

    Note : group kami domestik alis NKRI

    ReplyDelete
  88. Sebagai tetangga PH saya merasa malu

    ReplyDelete
  89. Anonymous15.4.16

    Ada Time Table di tiap restoran terkenal saya pernah kerja di kudeta, kalau di dining table ada time table.. Boasanya 1 meja mereka sdh target isi 3-4 kali ganti periode dimer time.. Kalau ga bgtu mereka bisa rugi, waiter bsa di maki maki atasan kalau ga dpet target bsa ga makan anak istri.. Cuman salah si waiter juga caranya salah.. Cukup di explain saja maaf table akan dingunakn jam sekian mohon perhatiannya.. Mungkin tu waiter bad day seharian ga dapet tip.. Maklum hidup di pariwisata di bali hidup dari tip.. 10 tahun lalu kerja di kudeta 1 table yg di handle minimal kasi Rp.50.000 tinggal kali berapa table yang di handle dan berapa kali di pakai.. Dan tip di share ke section + kitchen + kasir + bartender + public cleaner..+ food runer.. ( so kalau bisa budayakan lah memberi cuman saran). Cuman cara penyampaian waiter kurang manis.. Harusnya anda bisa di pindah le lounge or etc..and plus satu lagi saran buat orang kita sih.. ( maklum pernah jadi waiter) kalu pesan dan suruh waiter sekalian.. Jangan di bikin bolak balik mereka.. Saya mengalami hehe ( ada table maner nya) jangan asal nyampe waiter.... Mas " tampah orange juice " baru di anterin..." Mas ada ice tea..... Selesei di ambilin mas tambah mayonaise.. Hehee..mereka rata rata handling 6 table capacuty minimal 28 tamu..semoga bermanfaat...

    ReplyDelete
  90. Widiih ajib banget, makanannya keliatan... Standar (the comments mode on)
    Yang sabar mba, ini tulisan booming pasti bikin malu managernya nih, moga aja dipecat tu pelayan biar tau diri

    ReplyDelete
  91. gegara ini jadi kepo pengen komen... *tujes tujes lambe*
    hahahahha untung belum pernah ngalamin kejadian ekstrim kaya gini, kalo cuma dipandang sebelah mata krn muka di bawah standar *eeh* sering.
    tapi bete banget udah bayar diusir, ini bayar lho bukan ngemis...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Intinya sih itu, bayarnya sama kok perlakuannya beda. Kalau memang mereka sebel sama orang yang beli minum doang misalnya, ya udah bikin aturan minimal order atau kasih batasan waktu. Kalau orang gak ngelanggar aturan apa-apa diperlakukan gak baik jadi kesel juga.

      Delete
  92. Yuppp pernah aku juga , nyampe potato head , di depan udah ada penjaga nya trus langsung dilirik sudah reservasi ? Belum mba.trus mohon maaf sudah full di dalam. Lalu kita minggir dulu eh pas diliatin banyak banget bule yang baru sampai juga beda 5-10menit bisa bisa aja tuh pada masuk. Dan kami pun gondok... ogah deh kesono lagi.

    ReplyDelete
  93. Koment kalo boleh sya saranin...translate pake bbhasa inggris biar bule2 juga ngerti biar tau

    ReplyDelete
  94. Anonymous15.4.16

    cobak, kalo dpt perlakuan diskriminatip dr waiter/s nya dengan berasumsi sop nya mrk begitu, tanya balik deh, mbaknya masnya songong sama customers lokal dikira gk mampu, apa sampeyan sendiri mampu bayar menu kalo mkn dsini??
    pengalaman aku byk utk urusan diskriminasi, gk cuma di resto, club, mall sekalipun.. lah kostum wajib sayah cuma celana panjang (bahan atau jeans), top sama sendal heels mentok 3cm kok..
    pernah ke marks n spencer di mall daerah jkt utara, masuk, gk disambut, tp diintilin.. (udh pede berasa mau dilayanin) nyari2 dress mundar mandir (ya iyyaa, kan nyarii... milih, gk asal pegang, angkat, bayar!) liat satu dua, jalan, liat lg, megang, nanya, mbak, ini ukuran 10 nya ada gk? dia ngelirik doang, blg : kosong, tp muka nya sambil celingak celinguk.. okey, gw cari lg dooong.. kan gk ada brgnya.. nemu, nanya lg, kalo ini yg itemnya ada uk. 10 nya? dan dg kerennya dia blg : yg ada yg di situ aja mbaak.. gk ada lg.. tp mata sama mukanya entah ke arah mana..
    haduh, sayah naik darah..
    tp instead of ngeloyor, gw malah kalap..
    ambil seambil2nya (yg pntg model msh msk akal) 3 dress, 1 rok, nyomot clutch, sama dasi 2..
    gw samperin kasir, gw bentak, ini 3 dress, cari yg uk. 10.. roknya, saya minta yg warna coklat, saya ambil dasi ini sama clutch nya. cepet..!!! saya buru..!!!!
    mbak kasirnya heboh manggil tmnnya minta cariin brg gw.. dapet, ksh ke gw, gw banting di meja kasir, gw bentak lagi : bisa cepet nggak?! kan saya blg saya buru2!!
    total 3.425.000 (inget bgt) aku ksh 3.500.000 CASH buka dompet dpn dia.. di ksh kembalian, gw blg aja : ambil, saya gk perlu..!! 70rb doang!! (krn ngmg gini yg bikin inget)
    gw ngeloyor prg lewatin mbaknya yg songong itu, gw blg : situ gaji brp dsini? mau saya bayarin 2-3x lipat skrg juga, tp situ keluar dr sini! jgn krg ajar sama customer. situ gk bakal tau kan tu org mampu buat byr muka lu apa gk?!?!? dia nunduk aja, ngap2an kalik gw bentak dpn mukanya..
    kelar..!! sayah minggat, gk prnh balik lg ke m&s ever since..
    sbnrnya, mau sop, trainning, aturan, atau apapun lah namanya yg diberlakukan dr mrk ke tamu, intinya cuma satu, mrk hrs tau, yg mrk lakuin itu bisa bikin org sakit hati, dan bakal bisa berimbas panjang kalo urusannya sama org yg model kitaah.. jiakakkakakakaaa....
    *orkes sakit hati*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anonymous15.4.16

      Gw suka gaya lu. Kece kak hehe

      Delete
    2. Iya, masak kita harus galak biar diperlakukan dengan baik. Miris.

      Delete
    3. Wah...keren....pengen deh kayak gitu sekali-kali...
      Emank seh dimana2 sama aj, kalo pake nya bling bling, emas sana sini baru dibaikin kali yah....hahaha

      Delete
  95. Saya org bali krja di bagian hospitality juga....sya malu dgernya.....semoga tmen2 se profesi sya bisa sadar bahwa yg gaji mereka itu duitnya sama dari org lokal sama org luar itu sama....yg namanya tamu itu pelayanan tetep no 1 tidak ada pelayanan no 2..tamu itu smua Vip class...

    ReplyDelete
  96. Anonymous15.4.16

    Wah gak bakal deh ke PH, cari tempat lain aja :-)

    ReplyDelete
  97. Anonymous15.4.16

    Comment di TripAdvisor aja mba. Supaya mereka juga ada usaha buat berubah. Karena kalo comment di tempat lain kayanya ga terlalu diperhatikan sih.. Semangaattt 😊

    ReplyDelete
  98. Pukulan telak bagi PH, dapat bad comment dr costumer traveler..
    Kadang banyak hal yg menyebabkan pelayanan ga memuaskan dr restoran, hotel atau tempat wisata lainnya. Analisa awam saya :
    1. Manajemen kurang bagus
    Ini lebih karena pemimpin2 nya yg tidak bisa menginisiasi bawahan, lemahnya teamwork.

    2. SDM yg kurang kompeten
    SDM dsni lebih ke orang2 yg melayani secara langsung ke pelanggan,(waiter/es, cashieer, security, bartender).
    Enggak semua cerdas secara intelektual / emosional. Mereka kadang ga bsa mengontrol prilaku mereka karena mungkin mereka takut sama boss nya, pernah mengalami pengalaman sebelumnya dengan pelanggan tipe2 tertentu, atau benci sama perusahaannya sehingga cuek.
    Bisa aja mereka sudah diberi pengarahan sebelum opening, tp tetep aja ga ngerti2.

    Tp kalau sekelas PH ngetreat pelanggan apalagi smpe belanja banyak ga oke. Wah, something wrong...

    **mba blog nya bagus, rumah saya di deket PH.. hehe**

    ReplyDelete
  99. Parah juga ya si PH ini!

    ReplyDelete
  100. Anonymous15.4.16

    mending mbak masih boleh pesen makan, masih boleh menikmati sunset walau akhirnya terusir..... lha saya di KUDETA, cuma dikasih tempat duduk trus ga dilayani sama sekali. gak dikasih daftar menu, gak ada satupun waiters yang datang ke meja kami dan ga ada satu pun waiters yang kami panggil mendekati meja kami. ya akhirnya kami pulang saja. dan ga akan pernah merekomendasikan tempat itu pada teman kami!

    ReplyDelete
  101. Anonymous15.4.16

    Well...nice post bu baru liat ni post...saya kurang lebih pernah ngalamin hal seperti ibu belum lama ini (april 2016),kita di diskriminatif sama bangsa sendiri cuma karena sama bahasanya,sama warna kulitnya and gak pirang,apa karena saya k sana pake celana pendek and tangtop doang gitu plus sendal jepit and istri saya juga sama dandannannya,kalo mau itung2an bule2 itu mungkin gak lebih tajir dari saya bahkan pala loe bisa gw beli kalo mau,apa harus gw kepret duit dulu kali yah tuh orang2 rasialis/diskriminatif,and satu hal lagi padahal istri saya dosen/guru di international school and saya juga orang hotel and pernah di cruis ships jadi saya tau how to handle the guest,and istri saya juga lulusan s2 d inggris tapi karena kami cinta indonesia dan di indonesia ya pake bahasa indonesia lah.....
    Yang merendahkan orang indonesia bukan bangsa lain tapi bangsa sendiri,dan ya setau saya orang balinya sendiri gak seperti itu,dan saya juga pernah ngobrol dengan orang bali,kalau yg seperti itu biasanya pendatang.....

    ReplyDelete
  102. Anonymous15.4.16

    Hi mba.. Dgn kejadian kayak gini brasa kena diskrit lokal dan bule. Padahal mereka juga lokal. So gimana sama david apa juga dikasih kuliah sama doktor lulusan Sydney Univ? Hehe

    ReplyDelete
  103. kebetulan saya tinggal di bali dan pernah kesana....ia sih mereka agak membedakan pelayanan klo untuk turis lokal dan internasional...saya waktu itu pernah beramai2 kesana trus kita nunggu di resto karna waiting list untuk gunakan bangku santai yg di pinggir kolam renang...ampe nunggu lama trus dikasi ke org2 bule dulu...padahal saya yg duluan datang....sampe akhirnya kesel n datangin meja penerima tamu bagian depan untuk pastikan saya harus nunggu berapa org lagi...itu pun masih nunggu lama lagi hingga akhirnya dapet tempat dan minum degan 80rebu dan makanan lainnya.....hello PH kita kesana bayar lohhhhhh....kok jadi serasa kaya minta numpang gratis...kwkawkwkakw...tapi ga semua kok gitu..ada beberapa staff juga yg baik n ga membedakan ama customers...

    ReplyDelete
  104. Membaca pengalaman di atas membuat saya harus komentar. Sangat di sayangkan perlakuan yang di terima oleh ibu tersebut sek. Sebenarnya apapun aturan sebuah perusahaan silahkan diterapkan tapi dengan cara yang baik dan sopan. PH tidak seharusnya mendiskriminasi pelanggan seperti itu. Syukur saya tidak pernah alami hal hal seprti itu. Kalo saya yang alami saya hanya bisa bilang maaf beribu maaf tapi anda sudah membangunkan macan yang tidur. (Mau PH kek mau HP kek Lu salah orang).

    ReplyDelete
  105. makasih atas review-nya... kebayang klw gw pas jalan2 ke bali bareng keluarga dan baru balik kapal buat vacation... terus diperlakukan seperti itu... pantes kerja di PH bukan di Cruise Line... NO ATTITUDE..!!!

    ReplyDelete
  106. Anonymous15.4.16

    Positif thinking..... Sepertinya ini hanya kesalahan satu orang karyawan yang pertama kalinya menawarkan tempat duduk ketamu lain padahal meja tersebut sudah dipesan oleh tamu sebelumnya. Mungkin karyawannya yang pertama kali menawarkan berpikir jika anda tidak berlama-lama dimeja tersebut karena sudah dipesan. Intinya kesalahan karyawan yang pertama kali menawarkan, bukan kesalahan potato head secara keseluruhan walaupun emang benar.

    ReplyDelete
  107. Terima kasih ya sudah share pengalaman sebagai rekomendasi kalau mau ke Bali :) Sebenarnya bukan salah PH-nya sih menurut saya tapi managemennya salah memberikan training ke karyawan sepertinya :p

    Saya baca buku WNI Dilarang Baca pengarangnya Christophe Thompson *bukan promosi*, dari sisi si penulis sebagai orang asing malah berpendapat sendiri bahwa org Indonesia masih bermental inlander, contoh; menganggap bahwa orang asing levelnya yang lebih tinggi, akibatnya org sebangsanya diperlakukan semena-mena ketika 'merasa' bekerja dg orang asing, sebaliknya orang asing dipuja-puja

    Istilah kasar dari mental inlander adalah.. mental terjajah :))

    Hari gini masih bermental jaman kolosal, mesti piknik sepertinya orang2 itu setidaknya sekali lah.. :)

    ReplyDelete
  108. Anonymous15.4.16

    kasihan mereka para pelayan PH yg dididik menjadi jongos arogan..padahal mereka hanya pelayan...just a bloody dumb server

    ReplyDelete
  109. Anonymous15.4.16

    Alhamdulillah, dua kali ke PH masih boleh masuk, walaupun diliatin dulu dari ujung rambut sampai ujung kaki.

    Yang pertama, ber 6, gw laki2 sendiri, sama pacar gw n temen2nya. Dapet yang di kasur, yg minimum 500rb. Mungkin ngeliat gw bawa cw2 5 org, disangkain duitnya banyak 😂😂, padahal ya saweran juga, abisnya skitar 600rban.. Cm ya gitu, pas setelah maghrib, udah berubah, pada pakai baju rapih semua, pelayannya juga kayak ngeliat kita gimana gitu.. Ga dibilangin juga kalo malem itu harus rapih,tp ya ga dapet pelayanan buruk sih, skitar jam 7an kita cabut.

    Yang kedua, yg ini agak lama dapet tempatnya, gw datang sama istri gw (yg dulu pacara gw itu 😀😀). Pas dateng, disuruh tunggu, tp kita belaga duitnya banyak aja, pas ditanya mau international apa asia, gw bilang apa aja, harga ga masalah. Disuruh tunggu lagi, disuruh yg keatas, gw oke aja.. Pas diatas malahan disuruh turun yg ke bar, ya udin gw turun, duduk yg deket bar. Gw pesen2, sok asik lah sama si waiternya, pesennya abis sekitar 600-700 bedua. Tp agak lama sih pelayanannya. Nunggu 10-15 menit blm dateng makanannya, gw bilang ke waiternya kalau kita mau ke pantainya dulu, kalau sudah jadi makanannya, simpen dulu dikitchennya. Mukenya sih jadi gak enak gara2 gw ngomong gitu, tp bilang its okay. Setelah sunset, gw balik lagi ke meja, makanannya minta diserve n yo weis, setelah makan selesai, bayar n kasih tip 50rb ke tuh waiters n mukenya berubah jadi baik ahahhaha..

    Intinya yg ga enakin sih pas masuknya, si mas2 n mbak2 didepan itu ngeliat kita (lokal) kayak ngga punya duit, jadinya ngeremehin gitu. Ya gitu lah...

    ReplyDelete
  110. inggita15.4.16

    Potheadnya harusnya menyesuaikan atau naikin harga menunya dong. Tp 400rb utk b3 dpt ambiance gitu ya so so lah...shrsnya you should spend 1 mio utk mengapresiasi pothead. Be a royal customer.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya lebih setuju kalau PH menaikkan harga asal pelayanannya sama. Jangan sampai customer sudah bayar dengan harga sama mendapat perlakuan beda.

      Delete
  111. Anonymous15.4.16

    Hi all, just sharing aja ... kebetulan pertama kali saya dan suami ke PH awal tahun 2016, saya datang pukul 5 sore dan keadaan full sekali saat kami tiba di front desk ada waiting list 35 guest :( karena saya kekeh mau menikmati suasana disana saya mengajak suami ke bar memesan minum sambil menunggu .. namun kami dihampiri oleh manager PH (asumsi kami) dengan bahasa inggris dia menyarankan kami untuk mencoba restaurant baru saja buka di seberang PH persis yaitu Movida, kami diantar oleh manager tsb sampai pintu masuk Movida dan langsung dikenalkan ke supervisor yg saat itu bertugas, saat itu Manager PH langsung meminta maaf karena situasi di PH sedang penuh takut kami kirang nyaman sehingga meyarankan kami ke restaurant ini.. karena kami senang sekali dengan perlakukan Bu Manager ini kami menanyakan nama dan beliau juga menanyakan nama kami.. 1 jam kami di restaurant menikmati hidangan yg luar biasaaa.. Manager PH tsb datang lagi dan bicara dengan kami bagaimana rasa makanan dan menyampaikan they welcome kapanpun kami ingin balik lagi ke PH.... karna sdh malam kami pun memutuskan balik hotel.. hari berikutnya karena kami flight balik ke jakarta sore maka siang kami memutuskan kembali ke PH karena saya masi penasaran sekali :) saat tiba kondisi tidak terlalu ramai, saya dan suami memesan minuman saja, saat kami foto2 manager yg sama menyapa kami dengan menyebut nama kami.. wow.. kami kaget sekali dan beliau bilang senang sekali kami bisa kembali lagi and wish we have a good time in PH.. :) sekali lagi saya hanya sekedar sharing apa yg saya rasakan. Terimakasih

    ReplyDelete
  112. Wach itu d keterlaluan mbk pdhal blum tentu melayani tamu asing dia diksik tips yg bnyak ,bnyakkn tamu lokal malah yg ngasik,..itu si pelayan harus ditatar p4 x ya..duch ngenes warga negara sendiri dijajah sm org kita sendiri...knp mbk g foto itu pelayan yg sok itu biar ditandai ditandai biar yg kunjung ke potatohead sblum dia bicr kita smprot pakai uang segepok,...baru mingkem dgn adanya tulisan mbk ini di blogspot mengambil pelajaran n hikmanya bagi yg punya restro...beach club hargailah pelangganmu n sapapun yg berkunjung..krn pelanggan n pembeli sm2 sebagai raja...bagi pegawai2 sapapun itu jgn ditiru kelakuan si david ini...ramalah pada siapa saja walaupun kepada pengemis sekalipun ,berbuat baiklah . ..

    ReplyDelete
  113. Wach itu d keterlaluan mbk pdhal blum tentu melayani tamu asing dia diksik tips yg bnyak ,bnyakkn tamu lokal malah yg ngasik,..itu si pelayan harus ditatar p4 x ya..duch ngenes warga negara sendiri dijajah sm org kita sendiri...knp mbk g foto itu pelayan yg sok itu biar ditandai ditandai biar yg kunjung ke potatohead sblum dia bicr kita smprot pakai uang segepok,...baru mingkem dgn adanya tulisan mbk ini di blogspot mengambil pelajaran n hikmanya bagi yg punya restro...beach club hargailah pelangganmu n sapapun yg berkunjung..krn pelanggan n pembeli sm2 sebagai raja...bagi pegawai2 sapapun itu jgn ditiru kelakuan si david ini...ramalah pada siapa saja walaupun kepada pengemis sekalipun ,berbuat baiklah . ..

    ReplyDelete
  114. Abdullah15.4.16

    Alasan mengapa hospitality mereka terkesan diskriminatif karena memang banyak wisatawan lokal datang ke tempat makan cuma pesan makanan "Sepiring Berdua" buat ngurangin pengeluaran karena gak punya uang banyak serta mereka tidak mau nge-tip dan parahnya lagi pakai mejanya terlalu lama.

    Sebetulnya untuk menangani hal ini simple saja. Buat aturan jika jumlah pesanan makanan utama kurang dari jumlah orangnya, maka yang tidak memesan makanan utama dikenakan charge tempat duduk. Dan juga jika waktu makannya lebih dari 1 jam, dikenakan biaya tambahan per jam per meja.

    Tanpa perlu mengurangi kualitas pelayanan dan perlakuan "rasis" sebetulnya bisa aja. Seperti tempat makan di negara lain.

    ReplyDelete
  115. Anonymous15.4.16

    Halo mbak, turut prihatin sama pengalamannya... saya juga sering mengalami perlakuan yang sama oleh bangsa saya sendiri. Kalau ke restaurant, salon atau tempat lain tanpa suami (european) sering banget dicuekin kadang ngomongnya juga sinis soalnya penampilan sy standar . Eh tapi kalau jalan sama suami di Indonesia (Bali) , wah serasa raja ratu servicenya dan ramahnya luar biasa ... Sayang sekali justru banyak orang-orang Indonesia yang rasisnya sama sebangsa juga... #miris

    ReplyDelete
  116. Michael15.4.16

    Potato head memang terkenal ramai, waktu ke sana thn 2013 an harganya pun sudah overprice, tapi untungnya saya masih diperlakukan baik. Tidak ada limit waktu untuk duduk di sana jg kok

    ReplyDelete
  117. hmm... jadi harus hati2 neh
    semoga bisa membawa manfaat bagi sesama, salam hangat dari kami,
    sprei
    sprei hotel
    sprei katun jepang
    jual sprei katun jepang
    produsen sprei

    ReplyDelete
  118. hahahahaha.... what a nice article and experience you had mbak :)
    I am a local from Bali - Denpasar,,, and i had the same experience as well with them.
    they treat the local as if that we have no money...

    Their mind set just the same if you go to "BALI PULINA" yg katanya tempat paling asik buat photo photo dan cobain kopi luwak di telalang near ubud,, and you know what,, bule boleh masuk gratis meski tidak belanja,, tapi kalau lokal harus bayar enterance fee IDR 100.000 per orang.

    I just say what a shit management...
    #safebuleinmyowncountry

    ReplyDelete

Post a Comment

Follow Our Instagram @travelingprecils

Popular Posts

Mengurus Visa Schengen Untuk Keluarga

5 Kafe & Bakery Halal di Area Bugis Singapura

Makan Hemat di Kantin Karyawan Changi Airport

Naik Bus dari Sydney ke Canberra

LOKAL, Hotel Kecil Nan Cantik di Jogja