Tip Packing Ke Eropa
Keluarga Precils dengan tas-tasnya di stasiun Brussel Centraal |
Tapi menjelang hari keberangkatan, saya makin realistis. Nggak mungkin lah kami bawa banyak koper, ngilu membayangkan bakal nyeret koper dari stasiun ke hotel, belum lagi naik turun tangga di stasiun-stasiun tua di Eropa. Saya juga ingat kerepotan kami membawa koper 'bedol desa' ketika naik campervan dari Adelaide ke Melbourne. Kapok! Akhirnya kami memang traveling light. Dua minggu di Eropa, kami 'hanya' bawa 1 koper kecil (bisa masuk kabin sebenarnya), 1 koper besar (apa aja bisa masuk) dan dua ransel sedang, satu yang biasa dibawa Si Ayah untuk kerja dan satunya yang biasa dibawa Big A sekolah. Oh, iya, bawaan kami tambah satu lagi: anak usia 6 tahun yang kadang minta digendong :p
Packing itu ketrampilan yang bisa dilatih, semakin sering traveling, akan semakin mahir. Lama-lama akan tahu sendiri apa barang-barang yang ngebet kita bawa tapi tidak pernah ada gunanya dalam perjalanan. Lama-lama akan sadar bahwa baju yang kita bawa cuma akan terpakai separuhnya. Standar packing saya sama untuk perjalanan seminggu, sepuluh hari atau dua minggu: bawa baju untuk tiga hari. Nanti cari laundry di perjalanan. Khusus yang hobi foto OOTD, tidak perlu mengikuti saran ini :D
Berikut barang-barang bawaan kami untuk traveling 14 hari ke Eropa, mungkin bisa memberi gambaran bagi yang sedang menyiapkan liburan juga. Karena kami pergi di musim panas (bulan Juli), kami tidak terlalu perlu pakaian hangat yang terlalu tebal. (Baca juga: Tip Packing ke Australia dan New Zealand)
BAJU
- baju empat stel
- Syal panjang 2, pashmina 1 (bisa utk cover bagi busui), jilbab kaos instan 1
- baju tidur 2 stel
- dalaman 5 stel, dipak sendiri dalam travel cell atau keranjang baju dalam
- jaket (tebal/tipis sesuaikan dengan musim)
- kaos kaki 2 pasang (penting untuk di pesawat)
- handuk kecil (dibawa di kabin)
- sepatu (kami cuma bawa yang dipakai)
- jas hujan (yang keren, biar tetep bagus difoto)
- baju renang (akhirnya tidak terpakai, hiks)
- mukena, sarung
- sarung bali (multifungsi utk sprei dadakan, sajadah, tirai, alas piknik, dll)
GADGET
- laptop (Si Ayah harus kerja di sana je)
- ponsel dan earphone
- powerbank
- kamera (kami bawa mirrorless Sony NEX 5N dan pocket Canon S95)
- tripod
- iPad, atau tablet juga boleh :p
- charger untuk setiap gadget. (Colokan Eropa=Indonesia, tidak perlu konektor)
- notes & bolpen (harus selalu ada di tas yang dibawa/kabin)
- buku bacaan
- earmuff Peltor Little A (untuk melawan bising di airport, pesawat, stasiun)
- payung (ini saya lupa! terpaksa beli di Brussels EUR 5)
LAINNYA
- toiletries (sikat gigi, pasta, sabun, shampo kemasan kecil colongan dari hotel)
- kosmetik (sabun muka, pelembab, tabir surya, lip balm, deodorant)
- tisu basah, tisu wajah, tisu toilet 1 rol.
- tas kresek (tempat baju kotor, tempat sampah darurat, kantung muntah)
- deterjen sachet (beli di warung, supermarket nggak ada)
- obat pribadi (ventolin, parasetamol, minyak telon, handyplast)
- lensa kontak (cadangan kalo kacamata kenapa-kenapa)
- kacamata hitam
MAKANAN (untuk yang mau masak sendiri)
- mie instant untuk gawat darurat
- beras, sedikit aja untuk awal
- lauk-lauk kalengan (sarden, kornet, rendang dll)
- sambal (wajib!) dan kecap
- bumbu instan nasi goreng
- susu formula Little A (soymilk protein)
PENTING
Dompet leher berisi: uang, kartu kredit/debit, paspor, tiket, boarding pass.
MAHA PENTING: Rice cooker :D
Dompet traveling yang digantung di leher dan earmuff Little A |
Dengan semua bawaan, di stasiun bandara CDG Paris |
Menitipkan bagasi di stasiun Amsterdam |
Salah satu cara kami menghemat biaya makan di Eropa adalah memasak sendiri. Karena itu, kami memilih menginap di apartemen, bukan di hotel, yang ada fasilitas dapurnya. Enaknya mendarat di bandara Paris (CDG), tidak ada pemeriksaan custom sama sekali. Beda dengan aturan custom Australia yang ribet banget, ke Paris kita bebas bawa makanan apa saja. Bahkan tidak ada kartu kedatangan yang harus diisi. Setelah pemeriksaan imigrasi, cek paspor dan visa, kami mengambil bagasi dan bebas lenggang kangkung keluar dari bandara. Pemeriksaan custom hanya dilakukan secara random. Alhamdulillah kami tidak kena random check ini. Saya terbengong-bengong bahagia melewati petugas. Merci beaucoup!
Perlu juga diingat, kalau traveling ke beberapa kota di Eropa, entah dengan naik pesawat atau kereta, kita bakalan kerepotan kalau bawaannya terlalu banyak. Naik pesawat budget antar kota di Eropa mungkin biayanya murah, tapi tarif bagasinya sangat tidak ramah di kantong. Bandingkan dulu sebelum berangkat dengan tarif kereta yang tidak menarik biaya tambahan untuk tas.
Di beberapa stasiun kecil dan tua di Paris tidak ada eskalator atau lift. Kalau stasiun besarnya biasanya ada fasilitas ini, namun tersembunyi. Carilah tanda disabilitas atau traveling dengan anak-anak (gambar kursi roda dan gambar keluarga dengan anak). Jalanan di kota di Eropa juga tidak selalu mulus. Kami harus menyeret koper-koper sejauh 400 meter di jalan konblok dari stasiun Lille Europe ke stasiun Lille Flandres. Pengalaman lain adalah menyeret koper dari stasiun Brussel Centraal ke hotel Novotel. Tidak jauh, hanya sekitar 300 meter, tapi jalannya berbatu. Saya sarankan menginvestasikan uang untuk membeli koper yang bagus. Koper kami merk American Tourister (adiknya Samsonite). Harganya sekitar 1 jutaan kalau sedang diskon. Lumayanlah daripada koper kami seharga $35 (beli di Sydney, merk abal-abal) yang langsung jebol sekali pakai.
Selama jalan-jalan, kami juga sempat menitipkan koper kami di stasiun Koln (Cologne), Jerman dan stasiun Amsterdam Centraal, Belanda. Di Koln, kami cuma punya waktu singgah tiga jam. Penitipan di stasiun Hbf Koln ini canggih banget, pake mesin otomatis seperti mesin ATM. Nanti saya tulis tersendiri. Di Amsterdam, kami perlu menitipkan koper karena di hari terakhir di sana, kereta kami baru berangkat jam 3, padahal kami sudah harus cek out dari penginapan. Penitipan tas di Amsterdam ini mirip sewa loker, kita operasikan sendiri dan membayar dengan kartu kredit.
Ada teman yang bilang, tidak perlu membawa rice cooker karena beras di Eropa sudah 'setengah matang' dan bisa dimasak dengan cara direbus sekali saja. Waduh, saya kok belum percaya ya. Saya ingat pengalaman pahit ketika campervanning, makan nasi gagal karena malas bawa rice cooker. Kami sangat bersyukur membawa rice cooker (dan sedikit beras) mengingat pengalaman kami di hotel Meininger. Hotel ini saya pilih karena murah, tapi memang di sekitarnya tidak ada apa-apa. Ketika kelaparan malam-malam, kami tinggal menanak nasi di kamar mandi, dan menghangatkan rendang daging sapi. Karena tidak bawa piring, kami terpaksa makan langsung dari kalengnya. Duh, syedapnya!
Bukan iklan :p |
~ The Emak
Baca juga: Tip Packing ke Australia dan New Zealand
dan tulisan lain tentang Trip Eropa:VISA
Mengurus Visa Schengen Untuk Keluarga
Membeli Asuransi Perjalanan Untuk Visa Schengen
TRANSPORTASI
Woh keren si emak pakai cari laundry di perjalanan. Kalo kami cuci di wastafel, gantung di atas lampu baca.
ReplyDeletecari penginapan yg ada mesin cucinya lah. repot amat nyuci di wastafel, hehe. *emak pemalas*
Deletehahahaa....I feel you mak, rice cooker is a must :)...pengalaman traveling dengan Bo et Obi adalah jangan lupa bawa barang kesayangannya yang mereka pilih satu sebelum berangkat..save us from dragging ourselves to the toy store..Plus SAMBEL :)..penyelamat jiwa di kala makanan lokal hanya mengandalkan salt et pepper :)..happy traveling..
ReplyDeleteHehehe, akhirnya ada yang mengerti juga *toss sesama emak-emak* :)
DeleteDulu Little A juga harus bawa selimut kesayangan sama 1 boneka. sekarang udah gak perlu apa2 bisa bertahan hidup :D
huwaaa bener yahh seru juga kalo travel agak lama terus bisa bawa rice cooker, jadi gampangg makan nasiii *secara saya anak indonesia banget, yang ngerasa belum makan kalo belum ketemu nasi* hahahah
ReplyDeletesama tuh kayak Si Ayah, harus ada nasi dan sambel! kalo Emak sama Precils sih lidah bule :D
DeleteKl di sby nukerin euro plg oke rate nya dmn mba? Tq
ReplyDeleteSaya nggak tukar uang di Indonesia. Di sana langsung ambil di ATM pakai kartu debit (BCA). Rate lumayan bagus, biaya 25 ribu sekali ambil.
Deletesalam kenal emak ... senangnya baca blog emak ini..informasi yang disampaikan sangat detil dan mengena. Bismillah semoga bisa kaya emak yang satu ini sampai ke benua eropa. Baca info pentingnya bawa rice cooker..jadi ketawa sendiri soalnya andalan saya juga si rice cooker, rendang dan saos sambal ABC...hihiii....terimakasih infonya mak...
ReplyDeleteSama-sama.
Deletehai emak..cerita dong jln jln ke eropa nya pas bulan puasa...
ReplyDeleteups maksudnya gimana rasanya jalan jalan pas lg puasa, gitu..lemes kah? hehehe
ReplyDeleteSaya jadinya nggak puasa, minta keringanan musafir :)
DeleteSalam kenal mak....wah manteb nih postingannya.......lgsg buat ceklist berdasarkan postingan emak ^_^ thx again yah.....
ReplyDeleteSalam kenal juga :)
Deletetips penting nih....makasih banyak bisa jadi acuan saya utk persiapan ke eropa
ReplyDeleteSama-sama :)
DeleteMba, kalau koper 30" (ukuran paling besar) bisa masuk kereta gak? Semua kereta maksudnya.. Ada rencana mau travel ke tiga negara sama dengan tujuan mba. Gmn dengan lokernya? Tks
ReplyDeleteKoper besar bisa masuk kereta kok. Waktu kami naik kereta, hampir semua bawa koper besar, jadi harus rebutan naruh ke tempat koper, cepat penuh.
DeleteLoker pilih yang besar, harga sewanya tentu juga lebih mahal.
maaf mau nanya, kalau membawa rice cooker sama beras apa nggak berat? boleh tau rice cookernya yang merk atau model apa dan berasnya berapa banyak yang dibawa
ReplyDeleteRice cooker yang paling kecil, bisa masuk ke koper merah yang besar spt di foto. Beras juga cuma bawa 1 kg, gak berat.
Deleteserius bu bawa rice cooker? gak kebayang. Boleh liat gak rice cookernya? spt apa rice cookernya? *masih shock hehe
ReplyDeleteRice cooker kecil doang. Kebetulan saya beli waktu di Australia, harganya sekitar 200 ribu. Kalau mau lihat foto2nya, ada di sini:
Deletehttps://www.facebook.com/media/set/?set=a.1298039290211696.1073741829.254510337897935&type=3
Mba .. klo beli tiket thalis via online, kartu kredit yg bisa diterima jenis apa ya? Visa apa mastercard? Klo dr bank BRI bisa kah..??
ReplyDeleteMbak Ade, trimakasih tulisan mbak bermanfaat sekali buat saya (selama liburan di pelosok nusantara dan singapore bawa anak 1 tahun :D). Mbak, saya boleh minta tips untuk traveling (+kerja) ke Denmark selama Winter (akhir November). Kalo bisa berhemat siy diusahain bgd, tapi ga ngoyo juga mbak takut ga menikmati. Perlu pesan tiket Child untuk anak 1,5 tahun utk long haul flight? kalo packing untuk winter utk 2 minggu (+anak 1,5 tahun)? mohon pencerahannya. bisa share ke gammanms@yahoo.co.id. Terimakasih mbak :)
ReplyDeleteMbak, apakah boleh bawa produk daging ke eropa?
ReplyDeleteMakasih mba infonya, sangat jelas..las..las.... In syaa Allah mo ikut suami dinas.. tapi pngn sekalian jalan2 juga. Dan for the first time ke Eropa
ReplyDeleteMakasih mba infonya, sangat jelas..las..las.... In syaa Allah mo ikut suami dinas.. tapi pngn sekalian jalan2 juga. Dan for the first time ke Eropa
ReplyDeleteSalam kenal....
ReplyDeleteWahh menarik sekali mbak dan sangat membantu sekali utk kita travelers....btw sy mau nanya sekaligus minta sarannya mbak, krn sy berencana trip ke London beserta keluarga (4org) di akhir tahun 2017 ini...
Tq mbak, semoga berkenan
Rgd
Ddenykr@gmail.com
Thank you check list tulisannya. Siap2 nih kami pergi bulan oct ke paris. Ada saran u/ cuaca disana ?
ReplyDelete